Mohon tunggu...
Miftahul Febrityas
Miftahul Febrityas Mohon Tunggu... Mahasiswa

43225010023 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

16 Oktober 2025   22:41 Diperbarui: 16 Oktober 2025   22:55 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ellis berpendapat bahwa emosi negatif tidak muncul karena peristiwa, tetapi karena pikiran irasional tentang peristiwa itu. peristiwa tidak secara langsung menyebabkan emosi, melainkan keyakinan kita tentang peristiwa tersebut. Sebagai teknik untuk membantu orang berpikir rasional, Ellis mengembangkan model ABC, yaitu:

  • A (Activating Event) = peristiwa yang terjadi
  • B (Belief) = keyakinan atau pikiran kita terhadap peristiwa itu
  • C (Consequence) = perasaan atau reaksi yang muncul

Ia berpendapat bahwa peristiwa (A) tidak secara langsung menyebabkan emosi dan perilaku (C), melainkan interpretasi atau keyakinan (B) kita terhadap peristiwa tersebut.

Sebagai contoh:

  • A: Teman dekat tidak datang ke acara yang sudah saya rencanakan sebelumnya tanpa memberi kabar.
  • B: Mungkin dia sengaja tidak datang karena malas bertemu saya atau merasa acaranya membosankan.
  • C: Merasa sedih, kecewa, dan merasa hubungan pertemanan sudah mulai berubah.

Namun, jika cara berpikir ini diubah menjadi:

  • B: Mungkin ada alasan mendadak yang membuat dia tidak bisa datang dan belum sempat mengabari
  • C: Perasaan tetap tenang dan terbuka untuk mendengarkan penjelasan sebelum menyimpulkan sesuatu.

Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025
Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025

Ellis percaya bahwa penderitaan emosional muncul karena cara berpikir yang salah atau tidak masuk akal. Misalnya, punya keyakinan yang terlalu memaksa seperti "Saya harus selalu disukai semua orang." Ia mengajarkan bahwa berpikir dengan cara yang rasional dan positif bukan berarti menipu diri sendiri. Melainkan, proses meluruskan pikiran yang salah supaya lebih sesuai dengan kenyataan. Ellis menekankan pentingnya mengenali pikiran-pikiran irasional itu, lalu menggantinya dengan pola pikir yang lebih masuk akal, agar emosi menjadi lebih stabil dan hidup terasa lebih ringan. Ia mengubah cara pandang terhadap emosi dengan memusatkan perhatian pada pikiran dan cara kita merespons secara internal, bukan hanya pada apa yang terjadi di luar diri. 

Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025
Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025

Hal ini berbeda dengan Stoikisme yang menekankan pada pengendalian diri, dan dengan pemikiran Nietzsche yang menonjolkan sikap menerima dan menyambut hidup. Sementara itu, Ellis melalui Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) berfokus pada kekuatan berpikir rasional serta tanggung jawab individu untuk mengidentifikasi dan mengubah keyakinan irasional menjadi cara berpikir yang lebih sehat dan adaptif.

Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025
Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025

Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025
Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025

Simpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun