Epictetus (50--135 M) - Filsuf Stoik Yunani
Epictetus adalah filsuf Stoik asal Yunani yang lahir sebagai budak di Hierapolis, Frigia. Meski berstatus budak, ia diberi kesempatan belajar filsafat dari Musonius Rufus, seorang filsuf Stoik ternama pada masanya. Epictetus kemudian menjadi salah satu pemikir besar dunia, dan ajarannya banyak dihimpun oleh muridnya yang bernama Arrian, dalam karya The Discourses dan The Enchiridion (Buku Pegangan).
Menurut Epictetus, sumber penderitaan manusia bukanlah peristiwa yang terjadi di luar dirinya, melainkan cara ia menilai peristiwa tersebut. Ia membedakan dua hal utama dalam hidupnya, yaitu:
- Hal-hal yang berada dalam kendali kita, seperti pikiran, sikap, dan Tindakan kita sendiri.
- Hal-hal yang berada di luar kendali kita, termasuk opini orang lain, cuaca, kekayaan, tubuh, dan reputasi.
Epictetus mengingatkan bahwa kebebasan sejati berasal dari dalam diri, dengan syarat kita mampu menguasai diri sendiri. Ia juga menekankan pentingnya menjalani hidup sesuai tugas masing-masing dan fokus pada tujuan tanpa terlalu memperhatikan penilaian orang lain. Salah satu kutipan terkenalnya berbunyi, "it's not what happens to you, but how you react to it that matters." (Bukan apa yang terjadi padamu yang penting, tetapi bagaimana kamu bereaksi terhadapnya.)
Kutipan ini, yang sering dikaitkan dengan filsuf Stoik. Epictetus, menyatakan bahwa kita tidak dapat mengendalikan peristiwa eksternal, tetapi kita dapat mengendalikan bagaimana kita memandangnya dan bagaimana kita memilih untuk meresponsnya, yang menentukan kebahagiaan dan perkembangan karakter kita.
Pemikiran Epictetus tetap relevan hingga zaman sekarang, terutama dalam menghadapi kehidupan masa kini yang dipenuhi tekanan, persaingan, dan ketidakpastian. Ia menekankan agar:
- Berpikir positif, fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan, seperti sikap, dan cara berpikir sendiri, bukan pada hal yang di luar jangkauan kita. Dengan begitu, kita tidak mudah kecewa atau terbawa perasaan ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan.
- Tidak bereaksi berlebihan, tidak langsung terpancing emosi. Reaksi marah atau panik tidak akan menyelesaikan keadaan, justru bisa membuat pikiran semakin kacau. Sebaliknya, dengan menahan diri dan tetap berpikir jernih, kita bisa menemukan cara yang lebih baik untuk menyikapi situasi tersebut.
- Menjaga kebebasan batin, Menjaga kebebasan batin berarti mampu mengendalikan diri dan tetap tenang, tanpa terpengaruh emosi atau keadaan luar.Â
Contoh kasus dan penerapan:
Ada seorang karyawan yang sudah bekerja dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab penuh. Tapi ketika ada pengumuman promosi, posisi itu malah diberikan ke rekan lain yang lebih dekat dengan bos.
Reaksi tanpa pandangan Stoik: Banyak orang pasti merasa kecewa, iri, bahkan marah karena merasa usahanya tidak dihargai. Sebagian orang mungkin menjadi kehilangan semangat dan mulai kerja seadanya saja.