Mohon tunggu...
Miftahul Febrityas
Miftahul Febrityas Mohon Tunggu... Mahasiswa

43225010023 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

16 Oktober 2025   22:41 Diperbarui: 16 Oktober 2025   22:55 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reaksi Stoik (menurut Epictetus): Kita tidak bisa mengendalikan keputusan seorang atasan, tetapi kita bisa mengendalikan cara kita bekerja dan terus memperbaiki diri.

Saat menghadapi situasi seperti ini, kita harus tetap tenang dan jangan biarkan emosi mengambil alih. Keputusan promosi itu di luar kendali kita, tetapi sikap kita terhadap keputusan itu adalah hal yang kita pegang kendali. Dengan menerima keadaan dan terus bekerja dengan sungguh-sungguh, kita menunjukkan kalau ketenangan hati dan harga diri kita tidak bergantung pada perlakuan orang lain.

"No man is free who is not master of himself." (Tidak ada manusia yang benar-benar bebas kecuali ia mampu menguasai dirinya sendiri.) Epictetus mengajarkan bahwa kebebasan bukan berasal dari mengendalikan hal-hal di luar kita, tapi dari kemampuan mengendalikan pikiran, keinginan, dan tindakan kita sendiri.

Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025
Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025

Friedrich Nietzsche (1844 - 1900) - Konsep "The Will to Power" dan "Ja Sagen"

Friedrich Nietzsche adalah seorang filsuf, penulis prosa, kritikus budaya, dan filolog klasik Jerman. Ia dikenal karena pemikirannya yang berani dan sering menentang pandangan moral tradisional. Menurut Nietzsche, hidup itu keras dan penuh rintangan, namun di situlah letak kekuatan sejati sesungguhnya. Ia mengajak manusia untuk berani menegaskan keberadaannya sendiri, bukan sekedar pasrah atau mencari pembenaran dari luar.

Konsep The Will to Power atau Der Wille zur Macht adalah inti dari pemikiran Nietzsche. Yang dimaksud "berkuasa" di sini bukan soal kekuasaan politik atau fisik, melainkan tentang dorongan dalam diri manusia untuk terus berkembang, berkreasi, dan menegaskan dirinya sendiri. Nietzsche berpendapat, setiap makhluk hidup memiliki daya hidup (power) yang mendorongnya melampaui batas, mengatasi kelemahan, serta menemukan makna hidupnya sendiri. Karena itu, The Will to Power disebut sebagai energi positif kehidupan, sumber keberanian, kreativitas, dan kebebasan manusia untuk terus bertumbuh.

Dari gagasan The Will to Power,  muncul idenya yang berpusat pada istilah Ja Sagen, yang artinya mengatakan "ya" pada kehidupan atau apapun yang terjadi, termasuk penderitaan dan kegagalan, tanpa membaginya menjadi "baik" atau "buruk". Nietzsche menolak cara berpikir yang hanya melihat dunia secara hitam putih, seperti "suci - dosa" atau "baik - jahat." Sebaliknya, ia mengajak manusia untuk mengafirmasi kehidupan apa adanya (Bejahung des Lebens), yaitu berani menerima kenyataan tanpa mengeluh atau menolak.

Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025
Sumber: Modul Prof. Apollo_UMB 2025

Konsep Amor Fati yang dipopulerkan oleh Friedrich Nietzsche mengajarkan kita untuk menerima dan mencintai takdir, yakni -seluruh aspek kehidupan, termasuk penderitaan dan tantangan, bukan hanya hal-hal yang menyenangkan. Sikap ini mengajak kita untuk melihat setiap peristiwa, sebagai sesuatu yang bermakna jika dipahami dari sudut pandang yang tepat. Nietzsche tidak menekankan penerimaan yang pasif, melainkan cinta yang aktif terhadap kehidupan itu sendiri. Seperti yang ia tulis: "Amor Fati: may this be my love! ... Not merely to bear what is necessary, still less to conceal it - but to love it." (Amor Fati: semoga inilah cintaku! ... Bukan hanya menanggung apa yang perlu, apalagi menyembunyikannya, tetapi setia untuk mencintainya). Dengan kata lain, Ja Sagen adalah sikap aktif untuk menegaskan kehidupan, sedangkan Amor Fati adalah bentuk cinta terdalam terhadap kehidupan yang dijalani.

Nietzsche juga punya pandangan yang sejalan dengan filsuf Yunani kuno, Demokritos, yang dikenal dengan teori atomisme - pandangan bahwa segala sesuatu di dunia tersusun atas partikel kecil yang disebut atom, sesuatu yang tidak bisa dibagi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun