Barisnya pendek-pendek, dan banyak jeda di tiap larik, jadi kita bisa merasa seolah-olah penyairnya benar-benar sedang berdialog dengan Tuhan.
5. Gaya Bahasa (Majas)
Banyak majas yang dipakai di sini, antara lain:
Personifikasi:
Di pintu-Mu aku mengetuk -- menggambarkan Tuhan punya pintu, seolah-olah kita benar-benar datang dan mengetuk
Metafora:
Caya-Mu panas suci -- cahaya Tuhan digambarkan sebagai panas yang suci, bukan cuma terang, tapi juga menyucikan.
Hiperbola:
Aku hilang bentuk / Remuk -- ini bukan sekadar sedih, tapi hancur sampai tak berbentuk lagi.
Repetisi:
Kata Tuhanku diulang-ulang, memperkuat kesan pasrah dan tunduk.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!