Mohon tunggu...
Mia Diandry
Mia Diandry Mohon Tunggu... Pekerja Keras -

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ( التحريم Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(KolaborasiRTC) Beliak Cahaya dalam Gulità

12 April 2016   05:05 Diperbarui: 15 April 2016   16:11 2265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

“Siapa?” suara ibu dari dalam menjawab ketuk pintu Rahab. Tentu saja Mia punya kunci sendiri, tapi ia ingin memperkenalkan Rahab kepada ibu. Ia ingin Rahab mengenal ibu dan juga bapak. Dan nanti dengan berjalannya waktu, Mia yakin Rahab kelak akan melamarnya kepada bapak.

Pintu dibuka dan muncul wajah yang paling dikenal Mia sejak ia buta. Warna cinta ibu.  Tapi mendadak warna itu berubah menjadi warna takut dan....

 Bruuuk...

“Ibu?” tanya Mia bingung.

“Ibumu pingsan,” jawab Rahab yang segera membopong tubuh ibu dan membawanya ke sofa di ruang tamu. Mia mengikuti dengan bingung. Ibu pingsan kenapa?

Oh ya, perkenalkan Rahab.

Rahab adalah penjaga keamanan kelab malam dekat lokasi Mia digoda lelaki iseng malam minggu lalu. Ia hanya bekerja di situ pada malam minggu. Pada hari lain, ia  bertugas di kebun binatang memberi makan singa, harimau, buaya, dan hewan-hewan buas lainnya.

Sedikit yang mengenal Rahab karena ia memang jarang bersosialisasi. Dengan tubuh menjulang nyaris dua meter, berat sekati setengah, otot tubuh pejal padat, bulu di wajah tumbuh sembarang tempat, rambut sekaku kawat, Rahab adalah penjelmaan tokoh dalam dongeng Si Cantik dan Si Buruk Rupa. Bukan sebagai si Cantik, tentunya. Wajar saja ibu Mia pingsan setelah melihat rupa ‘indah’ Rahab.

Tapi siapa yang lebih mampu melihat keindahan sejati Rahab selain Mia?

 

________^_^__________

Kolaborasi:

RTB/RBH – Bima 11 April 2016

IH – Bandung, 11 April 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun