Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penantian Tak Berujung

1 September 2020   22:24 Diperbarui: 1 September 2020   22:12 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selaksa makna yang tersembunyi
menyibak hening dari kerling matanya
jemarinya yang lentik, lembut mengurai benang-benang rindu
senandung lirih mengalun dari bibirnya
bercerita tentang malamnya yang sepi
tentang kekasihnya yang memintal janji menjadi benang-benang duka.

Dia yang pergi, menitipkan sumpah
bersama segumpal embrio yang terlelap di pelukan rahimnya
telah beratus purnama yang memutari
sumpah untuk kembali telah usang
hanya menjadi dinding penghias harapan
yang kini telah dimakan lumut.

Kini embrio yang dulu lelap
telah menapaki masa ranum yang sebentar lagi dipetik
risau hati, dimanakah dikau yang dulu mengikat akad suci ?
pulanglah meski dengan tangan yang bersedekap hampa
sungguh derita teramat perih
menanti yang tak berkabar
di hadapan dia yang selalu bertanya
siapa ?...
dimana ?...
kapan ?...
dan mengapa ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun