Bayangkan sebuah rumah. Bank digital adalah rumah yang dibangun dari awal dengan desain modern---penuh kaca, terbuka, dan otomatis.Â
Digitalisasi bank adalah rumah tua yang direnovasi, disesuaikan dengan gaya hidup masa kini. Keduanya bisa nyaman, namun pendekatannya berbeda.
Mengapa Ribuan Cabang Ditutup?
Jawabannya ada di data dan kenyataan. Nasabah kini lebih suka membuka rekening lewat ponsel dalam hitungan menit, ketimbang antre di kantor cabang.Â
Menurut Bank Indonesia, pengguna bank digital diperkirakan tumbuh 52,3% YoY, sementara volume transaksi BI-FAST meningkat 34,1% sepanjang 2025.
Selain itu, efisiensi juga menjadi alasan kuat. Setiap cabang bank memerlukan biaya operasional tetap, sementara aplikasi hanya butuh satu kali pengembangan dan bisa melayani jutaan nasabah 24 jam non-stop.Â
Dari perspektif bisnis, ini adalah langkah yang masuk akal.
Apa Artinya Bagi Masyarakat?
Di tengah gelombang perubahan ini, masyarakat perlu menjadi pengguna layanan keuangan yang cerdas dan adaptif. Berikut beberapa tips bagi nasabah dalam memilih layanan:
- Pahami Kebutuhan Pribadi. Jika Anda nyaman dan terbiasa menggunakan teknologi, bank digital bisa jadi pilihan utama. Jika Anda masih perlu interaksi fisik sesekali, bank konvensional dengan fitur digitalisasi menjadi solusi terbaik.
- Periksa Reputasi dan Keamanan. Pastikan bank---baik digital maupun konvensional---terdaftar dan diawasi oleh OJK. Baca ulasan pengguna dan cek fitur keamanan yang ditawarkan.
- Bandingkan Layanan. Jangan terpaku pada satu bank saja. Bandingkan bunga tabungan, fitur transfer, cashback, dan biaya admin antar aplikasi.
- Siapkan Diri untuk Perubahan. Kemampuan menggunakan aplikasi keuangan menjadi keterampilan penting, terutama bagi generasi yang belum akrab dengan teknologi.
Penutup: Masa Depan Perbankan Adalah Tanpa Sekat
Kisah Pak Hendra di awal artikel barangkali akan menjadi hal biasa di masa depan. Bank bukan lagi soal gedung megah dengan antrian panjang, tetapi tentang bagaimana seseorang dapat mengelola uangnya hanya dengan sentuhan jari.
Dengan hadirnya berbagai pilihan---baik bank digital murni maupun bank hasil digitalisasi---masyarakat Indonesia kini memiliki kebebasan untuk memilih model layanan keuangan yang sesuai.Â
Yang jelas, satu hal tak dapat dihindari: masa depan perbankan adalah digital, dan ia telah dimulai hari ini.
Merza Gamal
Pensiunan Gaul Banyak Acara, Pemerhati Digital Banking, Konsultan Transformasi Corporate CultureÂ