SBPU Shell Menepi, Merek Tetap Eksis: Babak Baru SPBU di Indonesia
Di akhir weekday pekan ketiga Mei 2025, berita mengejutkan datang dari raksasa energi dunia, Shell. Di layar-layar gawai dan kanal-kanal berita ekonomi, tersiar kabar bahwa Shell Indonesia melepas seluruh jaringan SPBU-nya kepada perusahaan patungan baru.Â
Seolah tak ingin gaduh, pengumuman itu datang tenang dan diplomatis: ini bagian dari strategi transformasi portofolio.
Namun di balik keputusan tersebut, tersembunyi kisah panjang tentang perubahan lanskap energi, strategi global, dan harapan baru bagi industri hilir migas di Indonesia.
Babak Berakhirnya Kepemilikan Langsung
Shell memang tidak sepenuhnya pergi. Mereka hanya mengalihkan kepemilikan jaringan SPBU dan bisnis distribusi BBM, bukan hengkang dari Indonesia. Bisnis pelumas mereka tetap eksis, bahkan berkembang. Tapi tetap saja, ada yang berbeda.
Yang mengambil alih? Sebuah perusahaan patungan (joint venture) yang tak asing jika ditelusuri lebih dalam: Citadel Pacific Limited dari Filipina, dan Sefas Group, mitra lokal yang telah lama menjadi distributor pelumas Shell terbesar di Indonesia.
Dalam pernyataan resminya, Susi Hutapea, VP Corporate Relations Shell Indonesia menyatakan bahwa pengalihan ini adalah bagian dari strategi Shell secara global dan sejalan dengan komitmen Capital Markets Day (CNBC, 23 Mei 2025).Â
Di sana tertulis, Shell akan merampingkan portofolio dan lebih fokus pada bisnis masa depan: energi bersih dan keberlanjutan.
Strategi Global: Melepas Aset Fisik, Mempertahankan Merek
Bagi Shell, menjual jaringan SPBU namun tetap mempertahankan merek bukanlah hal baru. Model lisensi merek telah mereka terapkan di lebih dari 50 negara.Â
Artinya, meski pengelolaan kini berada di tangan pihak lain, konsumen masih akan menemukan logo kerang kuning yang ikonik itu di pinggir jalan.
Dengan begini, Shell tidak perlu lagi repot mengurus operasional, SDM, logistik, dan risiko bisnis. Tapi mereka tetap bisa meraup pendapatan dari lisensi merek dan pasokan BBM.