Jejak Kenangan HokBen, Cita Rasa, dan Ketangguhan Bisnis di Tengah Persaingan
Hookben---atau yang sekarang lebih kita kenal dengan HokBen---bukan sekadar restoran cepat saji. Bagi saya pribadi, nama ini menyimpan nostalgia masa kuliah di Bandung era 80-an.Â
Kala akhir pekan, saya sering melipir ke Jakarta, dan HokBen di Blok M menjadi tempat persinggahan favorit. Kadang bersama keluarga, tak jarang bersama teman-teman kuliah.Â
Saat mulai bekerja pun, makan siang di HokBen menjadi kebiasaan, terutama ketika ada rapat kantor atau family gathering. HokBen telah menjadi bagian dari ritme hidup urban: cepat, praktis, namun tetap akrab di lidah Indonesia.
Awal Mula dan Evolusi Nama
Didirikan pada 18 April 1985, HokBen mulanya bernama Hoka Hoka Bento. Restoran ini lahir dari ide PT Eka Bogainti yang ingin memperkenalkan makanan cepat saji bergaya Jepang yang disesuaikan dengan selera lokal. Nama "Hoka Hoka Bento" merujuk pada "bento hangat", sajian nasi kotak Jepang yang kini sudah akrab di telinga konsumen Indonesia.
Namun, sejak 2013, nama ini disingkat menjadi HokBen---sebuah langkah rebranding yang bukan hanya mempermudah pengucapan, tapi juga merepresentasikan semangat baru dalam menyasar generasi muda. Meski mengalami transformasi, semangat dan kehangatan layanan ala keluarga tetap menjadi DNA utama.
Lebih dari Sekadar Cepat Saji
Berbeda dengan restoran cepat saji Barat, HokBen mengedepankan nilai gizi dalam setiap menunya. Kita bisa temukan paduan nasi, protein hewani (ayam, sapi, udang), dan sayuran dalam satu bento. Menu seperti Ekkado, Chicken Teriyaki, dan Shrimp Roll menjadi favorit lintas generasi.
Kekuatan HokBen juga terletak pada inovasi. Mereka tidak ragu menyajikan menu-menu baru, termasuk varian ramen, yakiniku bowl, hingga dessert dan minuman kekinian. Selain itu, layanan pesan antar dan digitalisasi lewat aplikasi HokBen turut memperkuat daya saingnya di era digital.
Capaian dan Pangsa Pasar