Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dampak Keputusan Konsumen Menolak Berbelanja terhadap Starbucks, Pizza Hut, dan Unilever

14 April 2025   19:11 Diperbarui: 14 April 2025   19:11 303963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerita Dinda, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Di tengah hiruk-pikuk Jakarta Selatan, seorang analis muda bernama Dinda terbiasa memulai harinya dengan secangkir kopi latte dari gerai Starbucks dekat kantornya. Tapi sejak awal 2024, kebiasaannya berubah. Bukan karena harga atau kualitas rasa, melainkan karena keresahan yang tumbuh dari berbagai informasi yang ia temui di media sosial. Tentang konflik, ketidakadilan, dan solidaritas kemanusiaan. 

Kini, Dinda memilih kopi dari kedai lokal di gang kecil belakang gedung perkantoran. "Lebih ramah hati," katanya sambil tersenyum.

Cerita Dinda bukan sekadar soal selera kopi. Ini tentang bagaimana kesadaran sosial telah mempengaruhi keputusan konsumsi, bahkan di kalangan urban profesional yang selama ini jadi pasar utama bagi merek-merek global seperti Starbucks, Pizza Hut, dan Unilever.

Pergeseran Pilihan, Guncangan Finansial

Pilihan-pilihan seperti yang dilakukan Dinda terbukti memberikan dampak nyata bagi perusahaan. Menurut laporan terbaru dari Bisnis.com (April 2025), PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB)---pemegang lisensi Starbucks di Indonesia---mencatat kerugian bersih sebesar Rp6,98 miliar di kuartal pertama 2024. 

Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, mereka masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp17,93 miliar.

Sementara itu, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), pengelola jaringan restoran Pizza Hut, melaporkan penurunan laba hingga 20% pada akhir tahun 2024. Penurunan ini dipicu oleh lemahnya pertumbuhan pendapatan dan kenaikan beban pokok penjualan. 

Tak jauh berbeda, Unilever Indonesia (UNVR) juga mencatat penurunan laba bersih sebesar 10,3% menjadi Rp1,26 triliun.

Ketiga perusahaan ini memang menjadi sorotan publik seiring merebaknya gerakan konsumen yang mempertanyakan keterlibatan, afiliasi, atau diamnya perusahaan-perusahaan besar dalam isu kemanusiaan global. 

Meski tidak semua konsumen bersikap sama, namun cukup banyak yang menyuarakan ketidaknyamanan dan memilih untuk sementara waktu tidak membeli produk-produk dari merek tersebut.

Konsumen yang Lebih Kritis dan Peduli

Berbeda dari satu dekade lalu, konsumen masa kini tak hanya peduli soal harga dan kualitas. Mereka mulai melihat merek sebagai representasi nilai-nilai yang mereka anut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun