Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Antara Dolar dan Yuan; Akankah Indonesia Melompat ke Ekosistem RMB Digital?

13 April 2025   08:34 Diperbarui: 13 April 2025   08:34 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Pagi itu, saat tengah menyantap sahur puasa Syawal di meja makan dengan hidangan sederhana dan laptop yang terbuka, saya menatap layar sambil menelusuri arus berita keuangan global. 

Di tengah informasi pasar yang biasa saja, satu kabar membuat jantung saya berdetak lebih cepat: Bank Sentral China mengumumkan bahwa Renminbi digital (RMB digital) dengan sistem penyelesaian lintas batas kini sepenuhnya terhubung dengan sepuluh negara ASEAN dan enam negara Timur Tengah.

Tak ada gejolak besar di pasar, tak ada breaking news di layar televisi kita. Namun di balik pengumuman yang senyap ini, tengah terjadi pergeseran monumental dalam sejarah keuangan dunia---dan Indonesia berdiri di simpang jalan.

Bayangkan, sistem pembayaran global yang selama ini dikuasai dolar AS lewat SWIFT kini mulai digantikan oleh jaringan digital berbasis blockchain yang dikembangkan China. Dalam uji coba antara Hong Kong dan Abu Dhabi, pembayaran lintas batas yang biasanya memakan waktu 3--5 hari selesai hanya dalam 7 detik. Biaya transaksi? Turun 98%. Jumlah bank perantara? Dari enam menjadi nol.

Saya terkejut saat mengetahui bahwa proyek "Dua Negara, Dua Taman" antara China dan Indonesia telah menjadi panggung nyata untuk eksperimen RMB digital. Industrial Bank dari China menyelesaikan transaksi lintas batas dengan mitra Indonesia dalam waktu hanya 8 detik. Begitu cepat, begitu efisien. Bahkan Bank for International Settlements (BIS) menyebutnya sebagai upaya mendefinisikan ulang aturan main di era mata uang digital.

Namun ini bukan hanya soal kecepatan. Ada dimensi yang lebih dalam: kedaulatan. RMB digital bukan sekadar alat pembayaran, melainkan bagian dari strategi besar China membangun Jalur Sutra Digital, yang terintegrasi dengan navigasi Beidou dan komunikasi kuantum. Dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung hingga pelabuhan strategis, denyut jaringan digital ini mulai terasa di Indonesia.

Lantas, di mana posisi Indonesia?

Hingga kini, pemerintah masih sunyi senyap. Tak ada pernyataan resmi dari Bank Indonesia atau Kementerian Keuangan. Mungkin ini adalah kehati-hatian yang diperhitungkan. Sebab, melangkah ke dalam ekosistem RMB digital bukan keputusan teknis semata---ini adalah pilihan geopolitik. 

Terlalu dalam, kita bisa dianggap condong ke China dan berisiko meretakkan hubungan dengan Barat. Tapi menahan diri, bisa jadi justru membuat kita tertinggal dari gelombang transformasi keuangan global.

Keuntungannya jelas. Transaksi lintas batas yang efisien bisa mendorong daya saing UMKM berorientasi ekspor, menekan biaya logistik, dan memperkuat konektivitas ekonomi ASEAN. Dalam jangka panjang, ini bisa membantu Indonesia mengurangi eksposur terhadap gejolak dolar dan membangun ketahanan ekonomi.

Namun risikonya pun nyata. Ketergantungan pada kekuatan ekonomi baru bisa mengikis independensi moneter. Meski blockchain menjanjikan transparansi dan akuntabilitas, di tangan asing bisa menjadi alat pengawasan. Belum lagi potensi benturan dengan rencana peluncuran Rupiah Digital oleh Bank Indonesia.

Di tengah semua ini, saya hanya bisa merenung: akankah Indonesia memilih untuk aktif melompat ke dalam ekosistem RMB digital, atau diam-diam merintis jalur mandiri? 

Dunia mungkin tak berubah dengan dentuman, tetapi cukup dengan bunyi klik dari transaksi 7 detik.

Dan ketika momen itu tiba, kita akan tahu siapa yang paling siap. Semoga Indonesia bukan sekadar penonton dalam revolusi finansial yang senyap ini.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun