Refleksi Pengalaman Itikaf di Masjidil Haram
Bagi siapa pun yang pernah merasakan itikaf di Masjidil Haram, pengalaman ini sulit diungkapkan dengan kata-kata. Berada di hadapan Ka'bah di tengah malam, mendengarkan lantunan ayat suci dari imam yang suaranya merdu, hingga merasakan kedekatan luar biasa dengan Allah---semua itu adalah momen yang begitu menyentuh hati.
Dalam suasana yang hening, air mata mengalir deras saat shalat lail, bukan karena kesedihan, melainkan karena kebahagiaan spiritual yang mendalam. Itikaf di Masjidil Haram bukan hanya ibadah, tetapi juga perjalanan ruhani yang mengajarkan makna ketulusan, ketenangan, dan ketergantungan mutlak kepada Allah.
Doa yang selalu ingin saya panjatkan dalam momen-momen tersebut adalah: "Ya Allah, mampukan aku menjadi Mukmin Sejati Sepanjang Masa, bukan hanya menjadi bunglon ibadah di bulan Ramadan..."
Penutup: Menemukan Makna Kesunyian dalam Ibadah
Uzlah Rasulullah di Gua Hira dan itikaf di 10 malam terakhir Ramadhan mengajarkan kita bahwa dalam kesunyian, ada cahaya. Dalam menjauh dari dunia, ada kedekatan dengan Allah. Dan dalam kesendirian, ada kekuatan spiritual yang mampu mengubah hati dan kehidupan kita.
Bagi yang pernah merasakan itikaf, pasti memahami betapa damainya menghabiskan waktu dengan membaca Al-Qur'an, berzikir, dan berdoa di tengah suasana masjid yang syahdu. Di momen-momen seperti ini, kesadaran akan kefanaan dunia semakin kuat, dan hati semakin yakin bahwa kebahagiaan sejati ada dalam ketundukan kepada Allah.
Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk menjalani i'tikaf dengan khusyuk dan meraih keberkahan Ramadhan.
Terus Semangat!!!
Tetap Semangat...
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI