Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana Mengukur Nilai Modal Manusia (Human Capital) Seseorang?

28 Juli 2022   07:59 Diperbarui: 29 Juli 2022   19:16 1595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membuktikan nilai modal diri kita ketika menjalani proses wawancara kerja. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Modal manusia (human capital) mencakup pengetahuan, keterampilan, atribut, pengalaman, dan kesehatan seseorang. Beberapa definisi tidak memasukan unsur kesehatan di dalamnya. Namun, pentingnya unsur kesehatan masuk dalam modal manusia terkait dengan pentingnya seseorang sehat ketika menyampaikan pengetahuan, keterampilan, atribut, dan pengalaman mereka.

Modal manusia harus menjadi sumber nilai yang luar biasa, tidak hanya untuk organisasi dan ekonomi, tetapi juga untuk individu. Seorang insan akan mengumpulkan modal manusia sepanjang kehidupan kerjanya. Modal manusia pada hakikatnya adalah potensi manusia untuk menjadi produktif. Proses akumulasi tersebut terjadi sepanjang hidup, dan dimulai pada usia dini.

Seorang insan mengumpulkan sejumlah besar kemampuan modal manusia melalui pendidikan, kemudian dilanjutkan melalui pengalaman kerja. Setiap orang belajar melakukan hal-hal baru, sehingga mereka terus mengumpulkan modal manusia, mereka memperoleh keterampilan baru, dan menemukan cara baru untuk menerapkan keterampilan.

Hampir setengah dari pendapatan seumur hidup seorang pekerja disebabkan oleh keterampilan yang mereka peroleh melalui pengalaman kerja. Oleh karena itu, modal manusia terkait erat dengan seluruh pengalaman berada di dunia kerja dan bekerja dengan orang lain.

Image: Talent & Human Capital Values by Merza Gamal)
Image: Talent & Human Capital Values by Merza Gamal)

Menurut Anu Madgavkar dan Bill Schaninger, penulis laporan "Human Capital at Work: The Value of Experience" dalam episode The McKinsey Podcast 15 Juli 2022, salah satu temuan yang paling mengejutkan adalah bahwa modal manusia terkait erat dengan perubahan, dinamisme, dan mobilitas, berpindah ke peran baru, melakukan tugas baru, serta mempelajari keterampilan baru.

Pertanyaan yang sering muncul dari banyak pihak adalah, "Bagaimana kita bisa mengukur modal manusia seseorang?"

Penghasilan seumur hidup untuk seorang insan berdasarkan riwayat pekerjaan mereka di masa lalu dan pekerjaan mereka saat ini, serta melihat juga data pertumbuhan gaji di seluruh statistik nasional dan memetakannya kembali. Namun yang terpenting, metodologi untuk mengaitkan penghasilan dengan keterampilan benar-benar diterapkan di setiap peran dan setiap pekerjaan yang dimainkan insan tersebut.

Pengukuran nilai modal manusia dikaitkan antara keterampilan dengan penghasilan dapat dirinci dari, "Berapa banyak penghasilan yang berasal dari keterampilan tingkat awal yang dimiliki seorang insan saat memasuki dunia kerja? Dibandingkan, berapa banyak yang sebenarnya dia dapatkan karena keterampilan baru yang diperoleh saat bekerja?

Perincian data tersebut menarik ketika kita hanya melihat apa yang disumbangkan oleh masing-masing dan apa yang baru. Namun itu bukanlah kompensasi modal manusia. Kompensasi hanyalah penanda dari apa yang pasar ingin bayar dan bagaimana realisasinya dari waktu ke waktu.

Namun demikian, banyak insan yang baru memulai bekerja tidak akan memiliki kredensial atau pengalaman kerja untuk menarik tawaran pekerjaan dari pemberi kerja. Ketika perusahaan berada dalam krisis talent, maka perusahaan harus berpikir secara berbeda tentang sumber talent. Dengan berpikir secara berbeda tentang sumber, peusahaan akan berpikir lebih luas tentang tidak hanya apakah talent memiliki gelar atau talent berasal dari sekolah mana. Untuk itu perusahaan harus mampu mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan insan perusahaannya.

Penarik yang nyata sekarang dalam hal perubahan harus dilakukan perusahaan untuk melihat orang dalam hal potensi mereka. Perusahaan tidak bisa hanya mensyaratkan kemampuan keterampilan, tetapi harus ikut mempersiapkan dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan terhadap insannya. Penarik itu harus dilakukan karena ketegangan pasar tenaga kerja pada saat "tingkat berhenti" tinggi, "tingkat kekosongan" tinggi, dan perusahaan "putus asa".

Peran organisasi dan para eksekutif perusahaan bukanlah untuk mengingini dan mengendalikan talent, tetapi untuk memperolehnya dan mengembangkannya, serta membuatnya secemerlang dan seberkilau mungkin, dan mengetahui bahwa sejumlah besar insan perusahaan akan pergi.

Apabila perusahaan bertahan dan tidak membiarkan siapa pun pergi, hal tersebut malah akan menjadi kesalahan. Untuk itu, perusahaan harus mampu membantu mengembangkan dan mengasah kecemerlangan individu, dan membuat mereka bersinar seterang mungkin untuk mempertahankannya.

Oleh karena itu, perusahaan harus mengembalikan perspektif dari pemberi kerja ke individu seorang insan. Sementara itu, seorang insan yang ingin menyadari potensi mereka harus mampu dan mau untuk belajar, untuk mendapatkan penghasilan, untuk sumber daya manusia secara umum.

Bagi seorang insan yang berada di tahap awal karir mereka, melihat pengalaman kerja sebagai cara untuk mempelajari hal-hal baru. Hal tersebut dapat berarti pertukaran jangka pendek atau sementara dalam hal gaji atau apa yang terasa untuk lebih sukses. Artinya, lebih seperti gerakan lateral daripada gerakan ke atas.

Dengan langkah yang berani, kemungkinan besar akan membuat seorang insan siap untuk momentum yang lebih tinggi ke depan. Dan, bagian selanjutnya dari cerita ini sangat besar. Setengah dari semua penghasilan, dua pertiga dari semua kekayaan seorang insan sebagai individu sepanjang hidup, akan datang dari memanfaatkan modal manusia yang dimiliki, yang dikendalikan selama sisa hidup mereka.

Penghasilan kita bukanlah sisa hidup kita, tetapi pengalaman kita bertemu berbagai orang, jaringan yang kita kembangkan akan berpengaruh dalam menambah nilai modal manusia kita.

MERZA GAMAL 

  • Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
  • Author of Change Management & Cultural Transformation
  • Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun