Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Manajemen Risiko dan Kemampuan Beradaptasi pada Lingkungan Kerja Hybrid

23 Agustus 2021   07:13 Diperbarui: 23 Agustus 2021   21:15 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan menuju sukses bukanlah dengan menghindari risiko, tetapi mengelolanya dengan tepat. Ketika perusahaan ingin merangkul model hybrid jangka panjang, mereka harus fokus pada pelestarian budaya perusahaan, mendukung insan perusahaan dan talent management, dan terus-menerus merevisi pendekatan mereka ke "normal berikutnya" pasca krisis Covid-19.

Perubahan itu konstan, tidak terduga, perlu, dan sangat sulit sekaligus. Bagi banyak orang, perubahan terus-menerus di tempat kerja---transformasi yang berkelanjutan, cara kerja yang berbeda, permintaan akan keterampilan baru---merupakan penyebab signifikan dari stres kronis. 

Menurut WHO, bahkan sebelum Covid-19, epidemi stres global telah merugikan dunia setidaknya USD 1 triliun per tahun hanya di bidang yang dapat diukur seperti ketidakhadiran, dan kemungkinan lebih banyak lagi dalam inovasi dan kreativitas --- dua hal yang sangat dibutuhkan manusia untuk masa depan pekerjaan.

Namun, beberapa telah berkembang dan tumbuh selama perubahan ini dengan melatih satu keterampilan yang selalu dibutuhkan, yaitu: kemampuan beradaptasi. Sesuai survey MCKinsey, kemampuan beradaptasi secara konsisten berada di puncak keterampilan insan perusahaan yang diinginkan.

Risiko dan Adaptasi  di Lingkungan Kerja Hybrid (File by Merza Gamal)
Risiko dan Adaptasi  di Lingkungan Kerja Hybrid (File by Merza Gamal)

Bagaimana para pemimpin dapat membantu insan perusahaan mengembangkan keterampilan beradaptasi dengan cepat dan dalam skala besar? Bukankah ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, bekerja dengan pelatih mahal di retret di tempat yang jauh? 

Perusahaan-perusahaan terkemuka telah meningkatkan keterampilan beradaptasi secara terukur pada skala perusahaan dalam hitungan bulan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menormalkan dan Membangun Keterampilan.

Para pemimpin perusahaan harus menggarisbawahi pentingnya kemampuan beradaptasi dan menciptakan bahasa dan keterampilan yang sama melalui pembangunan kemampuan. 

Lokakarya yang dipimpin oleh fasilitator atau modul digital mandiri yang memberi insan perusahaan bahasa dan teori kemampuan beradaptasi, sambil mendorong kesadaran dan wawasan diri, adalah titik awal yang bagus. 

Misalnya, satu perusahaan mengadakan lokakarya untuk para pemimpin puncak, kemudian menyediakan konten yang sama melalui pembelajaran digital mandiri untuk lebih dari 50.000 insan perusahaan, menciptakan bahasa yang sama, kesadaran konsep, dan ajakan untuk berlatih secara sosial dalam tim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun