Mohon tunggu...
Merkyana Nancy Sitorus
Merkyana Nancy Sitorus Mohon Tunggu... Administrasi - Pejalan Pemerhati

Pejalan dan pemerhati apapun yang menarik mata dan telinga. Menyalurkan hobby jalan melalui www.fb.com/gerakpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Percakapan Luka

2 Juli 2019   15:46 Diperbarui: 3 Juli 2019   19:22 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: (koleksi pribadi)

Sebuah tepukan di bahunya mengembalikannya dari angan-angannya.

"Jadi, siapa kali ini?" tanpa tedeng aling-aling, Ka bertanya sambil menyamankan posisi duduknya di sebelah Do.

Cih, kenapa dia tak bertanya "kenapa?", kenapa harus "siapa?" keluh Do dalam hati.

Do cuma diam dan menyesap minumannya lagi, dia perlu tenang menghadapi Ka, terutama pandangannya yang menguliti setiap ari-ari hatinya.

"Kau tak kan cemberut begitu padaku hanya karena sesuatu, ini pasti seseorang!" Ka mensejajarkan pandangannya dengan mata Do.

"Berkali-kali kita bertemu, dan setiap pertemuan aku merasa seperti baru melihat kamu, Ka. Aneh!" bukannya menjawab, Do mengoceh saja. Ka tertawa keras sekali. Tawanya tidak lucu, tapi Ka terlihat sangat menikmatinya.

"Ya...ya.., bukankah sudah selalu kukatakan, tak baik kau akrab denganku. Caci makimu waktu kita pertama bertemu juga kau sudah lupa bukan? Konon pula kau mau ingat rasanya terakhir ketemu aku?" senyum Ka sambil mengusap air mata sisa tawanya tadi.

Do terpana, berusaha keras mengingat kapan pertama kali bertemu Ka. 10 tahun lalu? Sepertinya lebih. 20 tahun lalu? 30 tahun lalu? Tak mungkin 40 tahun lalu kan! Usianya saja masih 34 tahun depan. Disesapnya lagi minumannya.

"Atau, daripada bertanya siapa, mungkin kau bisa menjawab kenapa kau memutuskan akrab dengan ku yang selalu asing setiap bertemu?" tangan Ka meraup dan menahan wajah Do menghadapnya, menunggu jawaban pertanyaan dari Do.

Do sempat diam beberapa saat.

"Setiap setelah bertemu denganmu aku memang rusak. Setelah aku rusak, aku jadi tahu, kalau aku tidak cuma satu, aku tidak cuma santun. Aku itu juga hancur, aku itu juga buruk. Ka, kau membuatku mengerti diriku sendiri," jawab Do.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun