Pukul 00.12 -- Rumah Masih Terjaga
Angin malam menyusup masuk melalui celah-celah jendela tua. Rumah itu sunyi, tapi bukan karena semua tertidur. Sunyi karena semua lelah melawan.
Di ruang tengah, Nullok tengah duduk terdiam di atas sepeda motor tuanya. Di tangannya, satu kardus berisi kerupuk mentah yang harus diantar ke rumah Bu Hajah di kampung seberang.
Jaraknya hanya 2 km, tapi jam segini... terasa seperti ziarah ke planet lain.
Marti berdiri di ambang pintu, melipat tangan.
"Jangan lupa kembalian uangnya dicek. Jangan asal ya, kayak minggu lalu. Aku udah bilang, kita gak boleh rugi meski 500 perak!"
Nullok hanya mengangguk. Matanya merah. Tangannya menggigil. Di dalam rumah, suara bayi menangis samar-samar. Mungkin Dariawati sedang menyusuinya sambil mencoba merebahkan tubuh yang sudah 20 jam berdiri.
Pukul 00.35 -- Dalam Perjalanan
Sepeda motor tua itu menggerung pelan di tengah jalan gelap. Angin malam menampar wajah Nullok yang tertunduk. Jalanan berlubang, lampu jalan padam. Matanya berkedut.
Di depan toko kelontong yang tutup, dia berhenti sejenak. Terasa ngantuk sekali.
Ia hanya ingin memejamkan mata sebentar.