Lokasi Masjid Taluak (surau Taluak), setelah adanya masjid yang lebih besar, saat ini beralih Fungsi menjadi mushalla Syuhada dan MDA dan bangunannya telah di renovasi mengikuti perkembangan zaman
Instruksi dan penjelasan mengenai pertempuran yang akan segera berlangsung diberikan di sini. Pasukan dibagi menjadi beberapa kelompok, kelompok terbesar dipimpin oleh Qhadi Abdul Gani. Setelah melaksanakan shalat berjama'ah dan pekik Allahu Akbar juga kalimat Laailahaillallah, pasukan ini berangkat dengan mengenakan pakaian putih-putih menuju Kampung Tangah dan kemudian bersembunyi di rumpun padi yang sedang menguning sambil merayap mendekati pasukan Belanda. J.Westennenk yang melihat pergerakan segerombolan orang yang berpakaian putih-putih mendekati pasukannya dan juga telah mengenal bayangan Dt. Rajo Pangulu bersama pimpinan lainnya, belum mau bertindak tapi masih berusaha untuk membujuk kemarahan rakyat agar kembali pulang dan mengingatkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Tetapi seruan itu dijawab oleh Dt. Rajo Pangulu bahwa pasukan rakyat tidak akan mundur dan siap untuk mati syahid.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan dimulailah gelombang serbuan pertama pasukan rakyat dengan berbagai senjata tajam dan beberapa senjata lainnya. Dalam beberapa jam, maka terjadilah perang dahsyat. Dalam sebuah laporan resmi J.Westennenk kepada Gubernur Jendral Ven Heutsz di Batavia melalui surat kawat tanggal 17 Juni 1908, disusul pada Gubernur Sumatera Westkust Heckler No. 1012 tanggal 25 Juni 1908, dia menjelaskan suasana malam itu, dimana saat itu jurang ras manusia dengan segala kekuasaannya sudah tidak ada lagi. Yang ada cuma sekelompok manusia yang saling berhadapan dengan tatapan buas untuk saling bunuh. Dari pasukan rakyat yang berada di jalanan terdengar kalimat-kalimat tauhid, dimana jumlah mereka tidak kurang dari 500 orang, ditambah dengan yang sedang merayap diantara rumpun padi yang jumlahnya juga ratusan orang. Dalam laporan itu, J. Westenennenk juga menjelaskan saat itu terjadi 8 kali gelombang serangan dalam waktu yang tidak berapa lama.
Demikianlah pada pertempuran yang berlangsung sampai pukul 2 pagi, Dt. Rajo Pangulu beserta pasukan rakyat memperoleh kemenangan, tentara Belanda di buat kocar kacir, dan sebagian berhasil meloloskan diri ke Fort de Kock (Bukittinggi) termasuk J.Westennenk untuk meminta bantuan. Maka dikirimlah pasukan dari Fort de Kock (Bukittinggi) dan diperkuat lagi dengan pasukan-pasukan dari tangsinya di Padang Panjang, semuanya menuju Kamang.
Pasukan bantuan ini lah yang menimbulkan malapetaka bagi pasukan rakyat, karena mereka datang dalam jumlah besar serta dilengkapi persenjataan yang lebih modern. Dalam perang jilid kedua ini lah akhirnya Dt. Rajo Pangulu gugur bersama 70 pejuang lainnya, termasuk 2 orang srikandi yang ikut menjadi bagian dari pasukan rakyat, mereka adalah Siti Asiah yang juga merupakan istri Dt.Rajo Pangulu, dan seorang lagi bernama Siti Anisah, dimana pada tahun 1926 anak dari Siti Anisah yang bernama Ramaya ini lah yang nantinya tampil sebagai pemimpin pemberontakan terhadap Belanda yang lebih dikenal sebagai pemberontakan kamang 1926.
Makam M.Saleh Dt. Rajo Pangulu dan istri beliau Siti Asiah
Sedangkan dari pihak Belanda menurut buku "70 tahun Perang Kamang-Manggopoh" jumlah tentara Belanda yang tewas dalam penyerangan terhadap Kamang tidak kurang dari 425 orang, walaupun dalam laporan resmi J.Westennenk cuma disebut kalau di pihak mereka 11 orang tewas ditambah 13 orang luka-luka. Tetapi yang jelas dilapangan kenyataannya menurut pelaku sejarah itu sendiri, berpedati-pedati banyak mayat serdadu Belanda dari medan pertempuran yang dilarikan ke Fort De Kock (Bukittinggi) .
Akhirnya semua jenazah pahlawan perang Kamang, kembali di bawa ke Kamang (sekarang Kamang Hilia) dan di makamkan di komplek masjid taluak, tempat awal mereka berangkat, sesuai apa yang telah di tekankan oleh Dt. Rajo Pangulu sebagai pimpinan. Berangkat dari taluak maka harus kembali ke taluak. Dimana akhirnya komplek pemakaman ini diresmikan sebagai makam pahlawan oleh menteri koordinator keamanan dan pertahanan A.H. Nasution tanggal 15 Juni 1963 dalam kunjungannya ke Kamang. Sebelummya tanggal 15 Juni 1962, wakil perdana menteri pertama/ ketua MPRS juga pernah memberi sambutan saat peringatan perang kamang dan juga tanggal 15 Juni 1964 oleh menteri penerangan DR.H.Abdul Gani.