Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Budidaya Anggrek Bukan Sekadar Bisnis

19 Mei 2022   19:52 Diperbarui: 19 Mei 2022   20:22 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggrek Retusa (Dokpri)


Anggrek adalah tanaman hias yang memiliki ciri khas tertentu. Tanaman ini seringkali menjadi incaran para pecintanya. Bagi para penghobi atau pecinta anggrek yang memiliki dana pasti tidak akan melewatkan kesempatan saat melihat anggrek yang disukai ada di depan mata.

Saya termasuk baru dalam mengenal tanaman anggrek ini,  yaitu sekitar 4 tahun yang lalu. Awal kecintaan saya terhadap anggrek adalah saat saya pindah di desa ini, Mekar Sari, Warkuk Ranau Selatan, Oku Selatan, Sumatra Selatan.

Sebelum mengenal anggrek lebih lanjut, saya hanya tahu kalau anggrek itu merupakan tanaman para kaum borjuis karena harganya yang mahal. Saya pikir perawatannya pun butuh ketelatenan dan biaya yang cukup besar. Terasa banget ribetnya merawat anggrek saat mendengar ucapan-ucapan seperti anggrek tidak boleh terlalu banyak terkena sinar matahari, harus pakai pupuk bunga, daun, batang, dan sebagainya. Ribet banget, 'kan?

Informasi-informasi seperti itu saya dengar dan lihat dari tayangan di televisi. Saya mengakui bahwa tanaman ini tidak hanya cantik dipandang, tetapi bisa membuat suasana hati yang berbeda saat bunganya bermekaran.

Tak Kenal, maka Tak Sayang

Beberapa bulan menetap di desa ini, saya akhirnya mulai mengenal anggrek. Anggrek yang pertama saya kenal adalah anggrek merpati (dendrobium cremenatum dan dendrobium linearifolium) yang menempel di pohon lamtoro.

Awal mulanya, saya penasaran dengan aroma semerbak setelah hujan di pagi hari. Aromanya berbeda dari aroma bunga kopi yang ada di depan rumah. Berbekal rasa penasaran itu, saya mencari aroma tadi. Ternyata, yang saya temukan adalah pemandangan indah itu menempel pada tanaman lamtoro (petai Cina) di samping rumah.

Cabang tanaman lamtoro yang tumbuh itu telah dipenuhi oleh bunga putih yang sedang bermekaran. Dari kejauhan saya mengamati keindahan gerombolan bunga yang sedang mekar. Cantiknya tiada terkira dan aromanya menggugah rasa dan karsa.

Melihat kecantikan sang bunga, saya meminta suami untuk mengambilkannya. Masya Allah, aroma semerbak langsung menyapa hidung saat setangkai bunga diberikan kepada saya. Saya terpesona bukan karena dikasih bunga oleh suami, tetapi keindahan bunganya membuat saya takjub. 

Kelopak bunganya mirip seekor burung yang sedang mengepakkan sayapnya, dengan lidah berwarna ungu.

Sejak saat itu, rasa ketertarikan terhadap tanaman ini makin bertambah. Saya mencari tahu dari media sosial tentang tanaman ini. Yang saya tahu dari suami, tanaman ini disebut anggrek.

Diam-diam saya mencari kata anggrek di google. Dari penelusuran itu, saya mendapatkan informasi bahwa banyak sekali anggrek yang ada di dunia dan bentuknya cantik-cantik. Anggrek yang saya temukan di batang dan cabang tanaman lamtoro disebut sebagai anggrek merpati. 

Anggrek itu memang tumbuh liar di berbagai tempat di Indonesia, termasuk di desa saya.

Bisa dikatakan bahwa saya mengenal anggrek berawal dari rasa penasaran. Saya penasaran sekali dengan jenis anggrek yang ada di desa ini. Ketika saya melihat grup tanaman hias atau anggrek, ada banyak sekali gambar anggrek spesies dari hasil bolangan teman-teman grup. 

Di mata saya, anggrek-anggrek spesies itu tampil memikat.

Setiap hari saya makin tertarik dengan anggrek. Mulailah saya, suami, dan mengajak anak-anak mencari tahu jenis anggrek spesies di kebun dan hutan yang ada di sini. Petualangan ngebolang anggrek pun terjadi. Tentu saja petualangan itu bisa menjadi ajang penyegaran bagi otak kami sekeluarga.

Kami mulai menyusuri kebun kopi dan sesekali ke hutan untuk mengetahui jenis-jenis anggrek. Dari perjalanan itu, kami mendapatkan bahwa alam Indonesia betul-betul luar biasa indah. Anggrek yang kami temukan bermacam-macam bentuk dan rupanya.

Di beberapa kebun kopi itu, kami menemukan minimal 3 jenis anggrek spesies yang berbeda. Ada beberapa anggrek yang jarang ditemukan di kebun kopi dan kami menemukannya di hutan. Semua anggrek itu memiliki daya tarik tersendiri bagi saya.

Anggrek di Mata Warga Desa

Dari penuturan warga saat bertualang itu, saya baru tahu bahwa anggrek yang menempel di batang kopi dianggap sebagai gulma dan bisa menghambat pertumbuhan tanaman kopi mereka. Warga desa membuang anggrek-anggrek yang melekat di batang kopi mereka. 

Wajar sekali jika di beberapa kebun yang terawat, anggrek spesies jarang ditemukan.

Melihat keadaan seperti itu, saya dan suami mulai mengambil dan membudidayakan anggrek-anggrek tadi di rumah. Alasan ini yang membuat saya dan suami sangat ingin membudidayakan anggrek spesies. Saya takut suatu saat nanti keberadaan anggrek ini akan terancam punah bila dibuang begitu saja.

Berbekal semangat dan sedikit ilmu dari grup tanaman, jadilah rumah kami sebagai tempat penangkaran anggrek dengan nama Griya Hijau Pak No. Di sana kami mulai belajar membudidayakan anggrek. 

Sebenarnya, Griya Hijau ini bukan mengkhususkan anggrek saja, ada tanaman hias, buah juga. Namun, anggrek menjadi fokus utamanya.

Misi kami adalah memperbanyak anggrek agar keberadaanya tetap ada di alam. Sayang sekali jika anggrek yang eksotik di alam itu tersingkirka karena ada yang membudidayakannya. 

Saya dan suami sepakat bahwa Griya Hijau akan digunakan untuk mempelajari tanaman, termasuk anggrek yang baru kami tekuni.

Setiap kami menemukan anggrek di kebun atau hutan, selalu ada kegembiraan tersendiri di hati. Petualangan alam  selalu membawa cerita  bagi saya dan keluarga. Senyum saya akan terkembang saat berhasil menemukan spesies baru, yang belum pernah ada di penangkaran kami. Saya merasa ingin terus mencari spesies lain yang berbeda. Hasrat ingin mengetahui bunga yang muncul dari si anggrek menjadi  pencetusnya.

Setelah menemukan berbagai macam anggrek, biasanya saya akan meletakkan anggrek itu di tempat yang teduh. Hal itu dilakukan sebagai upaya pertama bagi anggrek untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. 

Lalu, saya mencoba menempelkannya pada berbagai media tanam, seperti di pohon di belakang rumah, papan pakis, dan sabut kelapa.

Berbagai percobaan pun dimulai di Griya Hijau Pak No. Saya dan suami mulai mencoba-coba media dan anggrek yang ada. Namanya percobaan, hasilnya tidak selalu bagus. Tak jarang kami mendapatkan kekecewaan.

Ketika anggrek jenis Liparis saya tempel di sabut kelapa, maka anggrek-anggrek itu tidak bertahan lama. Banyak anggrek Liparis yang busuk dan akhirnya mati. Namun, ada beberapa anggrek yang hanya digantungkan saja sudah bisa hidup, yaitu jenis anggrek vanda.

Saya sempat malas untuk membudidayakan anggrek. Saya melihat banyak anggrek hasil bolangan tidak bertahan hidup di rumah barunya. 

Namun, kekecewaan saya hilang saat melihat bunga anggrek Coelogyne bermekaran dengan bunga yang menjuntai. Anggrek matahari (agrosthophyllum) terlihat indah dengan gerombolan bunga kecilnya yang harum.

Setiap muncul bunga yang baru, hati saya ikut berbunga. Rasa senang tak terkira yang saya rasakan saat itu. Keadaan itu akhirnya membuat saya ingin sekali optimal membudidayakan anggrek-anggrek spesies ini.

Jenis Anggrek

Setiap hari selalu saja ada ilmu baru yang saya dapatkan dari anggrek ini. Makin banyak anggrek yang saya temukan, makin banyak pula pengetahuan yang saya dapatkan. Ada banyak jenis anggrek di dunia. Sejauh ini telah teridentifikasi sekitar 750 famili, 43.000 spesies, dan 35.000 varietas hibrida anggrek dari seluruh penjuru dunia.

Indonesia sekurangnya memiliki 5.000 spesies. Dari jumlah itu, 986 spesies tersebar di hutan-hutan di pulau Jawa, 971 spesies berada di pulau Sumatra, 113 spesies tumbuh di kepulauan Maluku, dan sisanya bisa ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya, Nusa Tenggara, dan Kalimantan. (Sumber: Indonesia.go.id)

Kebanyakan anggrek spesies yang saya temukan, habitatnya ada di kebun kopi. Setelah saya pelajari, bahwa di dunia secara umum ada 2 jenis anggrek berdasarkan habitat atau pembudidayaannya, yaitu anggrek spesies dan hibrid. Lalu, beda anggrek spesies dengan anggrek hibrid seperti apa?

Anggrek spesies disebut juga anggrek alam. Anggrek ini tumbuh subur di alam dengan menempel di batang pohon. Untuk jenis anggrek ini, kita bisa menemukannya di kebun dan hutan. Saat kita memasuki area perkebunan, bisa jadi kita akan menemukan anggrek vanda Helvola. 

Namun, kita tidak akan menemukan anggrek itu pada kebun yang lain. Faktor kelembaban dan jumlah sinar matahari menentukan sekali jenis anggrek yang ada di suatu tempat.

Anggrek hibrid adalah anggrek yang merupakan persilangan atau budidaya lebih lanjut dengan bantuan manusia (memanfaatkan kultur jaringan). Biasanya dilakukan oleh orang yang ahli pada sebuah laboratorium. Untuk melakukan persilangan itu, anggrek spesies menjadi kunci penentu. 

Jadi, jangan pandang sebelah mata terhadap anggrek spesies ini. Tanpa anggrek spesies, maka tidak akan tercipta anggrek hibrid yang diinginkan.

Seperti kebanyakan tujuan pengembangbiakan tanaman, dari persilangan itu diharapkan mampu mendapatkan anggrek hibrid yang lebih baik dari anggrek spesies. Jika bunga anggrek spesies yang bermekaran hanya bisa bertahan paling lama seminggu, maka ketika sudah disilangkan, diharapkan bunganya bisa bertahan berbulan-bulan. 

Warna yang dihasilkan biasanya akan jauh lebih mencolok dari anggrek induk (spesies).

Oleh karena semua anggrek yang ada di penangkaran adalah anggrek spesies, maka pembudidayaan di Griya Hijau Pak No hanya sebatas mencari media yang cocok untuk setiap anggrek itu. Anggrek-anggrek itu akan diperlakukan mirip dengan habitat aslinya. Untuk itu saya terus belajar dan menggali ilmunya.

Karena Terbiasa Akhirnya Jatuh Cinta

Hari-hari mengenal anggrek membuat rasa suka saya terhadap anggrek makin bertambah. Saya mulai mengikuti grup pecinta anggrek di media sosial. Dari grup itu saya banyak belajar bagaimana membudidayakan anggrek, merawat, sampai membuat pupuk organik dari air cucian beras.

Masuk ke grup tanaman membuat rasa ingin tahu saya tentang anggrek makin besar. Saya merasa ilmu tentang anggrek ini tidak akan pernah habis untuk digali. Saya mulai mengerti perbedaan beberapa jenis anggrek dan media yang cocok untuk jenis anggrek tertentu. Penggunaan media yang cocok bisa diawali dengan melihat struktur batang, daun, dan akar si anggrek.

Dari grup itu saya mulai mengenal nama-nama anggrek. Makin hari saya makin sadar bahwa anggrek yang telah ditemukan dan ada di rumah jumlahnya makin banyak. Nama latinnya pun cukup rumit untuk dihapal. Sampai sekarang pun jika ditanya nama anggrek, saya pasti akan merasakan kesulitan dalam pengucapan dan memanggil ingatan yang lama itu.

Bisnis Tak Terduga

Setelah setahun lebih membudidayakan anggrek, ternyata jumlah anggrek yang ada di rumah (penangkaran) makin banyak. Saya berpikir bagaimana cara agar orang di luar desa ini bisa menikmati keindahan anggrek spesies di sini sekaligus ikut membudidayakannya. Iseng-iseng saya mencoba menawarkan anggrek-anggrek itu lewat marketplace di facebook dan grup jual beli yang ada di kota. Tanpa diduga, tawaran saya itu direspons. Sungguh, saya tidak pernah menyangka ternyata anggrek yang dibuang warga bisa membuka peluang bisnis.

Saya akui bahwa tidak banyak yang berniat membeli anggrek spesies. Banyak yang menanyakan anggrek hibrid, seperti anggrek bulan, cataleya. Namun, saya memang tidak membudidayakannya karena sudah banyak yang membudidayakannya di kota.

Setelah sebulan memasukkan produk di marketplace, ternyata ada yang berniat membeli anggrek spesies. Pembeli itu adalah pencinta anggrek. Saat itu dia memang sengaja mencari anggrek spesies untuk dikoleksi. Meskipun berbisnis, saya berharap anggrek ini bisa dibudidayakan di tempat lain sehingga keberadaannya tetap lestari, tidak dibuang begitu saja di kebun-kebun.

Dengan alasan itu, maka dalam  memberikan harga, nilainya tidak mahal. Untuk anggrek yang saya jual, harganya 20 ribu rupiah per batang (dengan papan pakis sebagai media). Murah bukan?

Utamanya, saya hanya menjual anggrek spesies dengan jenisnya yang sudah banyak. Jika tersisa 2 papan anggrek pada jenis yang sama, maka saya tidak akan menjualnya.

Saya akan membudidaya anggrek-anggrek itu. Untuk membudidayakan anggrek membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dalam perkembangannya, tanaman anggrek memang berbeda dengan tanaman lain. Untuk menumbuhkan satu daun, tanaman anggrek membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Setelah jumlah anggrek yang dibudidayakan makin banyak, anggrek itu baru dijual. Oleh karena itu, saya harus mengembalikan niat saya untuk membudidayakan dan menyebarkan anggrek ini ke luar desa.

Bila ditanyakan laba yang saya dapatkan, sebenarnya terlalu kecil untuk tanaman eksotik sekelas anggrek. Namun, rasa senang menekuni hobi untuk menyebarkan kebaikan bagi lingkungan itu membawa pengaruh besar bagi saya, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Imbas berbisnis anggrek ini membuat saya berkenalan dengan warga desa yang tahu keberadaan anggrek. Kami menjadi penampung anggrek-anggrek mereka. Mereka senang melakukannya.

Di saat keadaan paceklik, warga terbantu sekali dengan kegiatan penampungan anggrek ini. Anggrek spesies yang sering dianggap gulma bisa membantu mereka bertahan dari paceklik.

Warga desa sangat terbantu dengan keberadaan penangkaran anggrek di Griya Hijau Pak No. Mereka bisa mendapatkan uang dari tanaman yang dianggap gulma ini. Bahkan tanpa kami promosikan, banyak warga yang datang sendiri menawarkan hasil bolangannya.

Bisnis Berhenti Karena Pandemi
Siapa sangka pandemi akan menghampiri negeri ini. Dalam sekejap, semua aspek kehidupan manusia seakan berhenti, termasuk bisnis anggrek yang hampir 2 tahun saya dan suami jalankan. Seketika itu juga pengiriman ke luar kota dihentikan.

Dengan berhentinya pengiriman, berhenti kegiatan kami untuk memasok anggrek dari warga. Fokus saya selama pandemi adalah pembudidayaan saja. Saya berharap pandemi segera berakhir sehingga harapan saya untuk menyebarkan keindahan anggrek spesies kepada masyarakat bisa dilakukan lagi.

Anggrek dan Iklim di Indonesia

Percaya enggak kalau anggrek spesies bisa menjadi acuan baiknya lingkungan/iklim sebuah daerah? Baiklah, saya coba menganalisisnya.

Anggrek spesies banyak hidup di tempat yang memiliki kelembaban atau curah hujan yang banyak. Sumatera yang memiliki hutan tropis menjadi tempat yang menyenangkan bagi pertumbuhan anggrek spesies.

Hutan yang masih terjaga kelestariannya akan banyak sekali ditemukan beragam jenis anggrek spesies di dalamnya. Makin lembab suatu tempat, semakin indah warna dan bentuk anggrek itu. Bila teman-teman tidak percaya, maka kalian bisa menyusuri hutan. Namun, resiko ngebolang di hutan pun lebih berat daripada membeli lewat marketplace. Warna dan bentuk anggreknya pun akan lebih menarik. Namun, hutan yang menjadi habitat tumbuhnya anggrek telah banyak dieksploitasi untuk dijadikan lahan perkebunan sehingga membuat keberadaan anggrek spesies ini terancam. Suhu mulai berubah, yang menyebabkan kemampuan untuk bertahan hidup bagi para anggrek spesies makin berkurang.

Upaya Menjaga Lingkungan adalah Melestarikan Kehidupan Manusia

Percaya atau tidak percaya bahwa keberadaan anggrek bukan hanya sebagai bentuk hobi atau peluang bisnis. Lebih dari itu, pelestarian anggrek menjadi cara untuk melestarikan alam dan lingkungan sekitar.

Anggrek yang tumbuh di kawasan hutan dan perkebunan di desa Mekar Sari akan terus dilestarikan. Pengambilan sebagian kecil anggrek dari habitatnya, dengan tetap menjaga kearifan lokal adalah upaya pelestariannya.

Di hutan desa Mekar Sari, saya telah ditemukan anggrek yang dinyatakan langka, yaitu anggrek Anae dari jenis Dendrobium. Harganya pun disinyalir mahal. Namun, di penangkaran saya, beberapa anggrek jenis ini sudah bisa kembangbiakan.

Dunia Literasi dan Kelestarian Anggrek Spesies

Sebagai orang yang menyukai anggrek, saya membagikan kisah anggrek spesies ini kepada masyarakat umum melalui dunia literasi. Saya memperkenalkan anggrek melalui tulisan saya di blog dan berbagai perlombaan.

Bagi saya, dunia literasi merupakan cara mudah untuk perpanjangan lisan dalam menyebarkan kebaikan yang ada di desa Mekar Sari, salah satunya adalah keberadaan anggrek spesies yang harus tetap dijaga.

Dengan menyebarkan keindahan anggrek spesies lewat tulisan, saya berharap para pecinta anggrek ikut serta menjaga kelestariannya di alam. Alam ini terlalu indah untuk dihancurkan begitu saja dengan mengeksploitasi besar-besaran kekayaan alam yang ada di dalamnya.

Saya yakin jika kita berlaku baik pada alam, maka alam akan memberi kebaikan kepada kita. Seperti yang saya dan suami lakukan terhadap anggrek spesies di desa ini.

Tulisan ini mengantarkan Mekar Sari sebagai finalis di kompetisi KBA 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun