Setelah salat, Iyan mencari ibu di dapur. Dilihatnya Kak Nani sedang memetik sayur bayam untuk sarapan. Iyan duduk di dekat Kak Nani.
"Kakak tadi bangun jam berapa?" tanya Iyan.
"Uh, Kakan bangun sebelum azan subuh, bareng Ibu. Iya kan, Bu?" tanya Kak Nani minta pembenaran.
"Kamu sih tidur malam terus. Makanya habis salat Isya itu kamu langsung tidur, jangan menonton lagi," tambah Kak Nani.
"..., tapi kan filmnya seru, Kak!" Iyan cemberut.
Kak Nani menggeleng mendengar jawaban Iyan. Untung saja Kak Nanti tidak pernah menonton malam  seperti  Iyan. Karenanya Kak Nani selalu bangun pagi.
"Bangun pagi itu baik untuk kesehatan, Yan." Ibu menimpali.
"Iya, Kakak juga masih bisa melihat bintang yang berkedip di langit. Kalau bangun siang, kan bintangnya sudah enggak kelihatan lagi. Katanya kamu juga ingin melihat bintang?" tanya Kak Nani, yang mencoba untuk mengompori.
Iyan terlihat bersedih. Dia sebenarnya ingin sekali melihat bintang seperti Kak Nani. Itu karena Kak Nani sering ikut Ayah salat Subuh berjamaah di masjid. Jadi, setiap subuh Kak Nani pasti melihat bintang.
"Kamu sih dibanguni enggak bangun-bangun. Mana pakai acara marah-marah lagi!" gerutu Kak Nani.
Wajah Iyan semakin menunduk. Raut wajahnya tampak bersedih. Kak Nani sudah membuatnya sedih. Untung saja Ibu segera menyadarinya.