Kak Nani mengulanginya kembali, tetapi Iyan belum juga bergeming dari posisinya. Nyenyak sekali Iyan tertidur. Kak Nani mencoba membangunkannya kembali. Untuk yang ketiga kalinya, Kak Nani melakukan apa yang telah Ibu lakukan kepadanya dulu, yaitu mengusapkan air ke muka Iyan.
Iyan terbangun dengan wajah terkejut. Tangannya mencoba mengusap kedua matanya. Dia ingin memastikan siapa yang membangunkannya.
"Huh, Kakak!" ucap Iyan kesal.
Kak Nani tertawa melihat tingkah adiknya itu. Akhirnya dengan cara jitu itu, Iyan baru bisa bangun. Iyan, masih belum  beranjak dari tempat tidur.
"Ayo, cepat! Itu sudah azan!" ucap Kak Nani saat mendengar azan yang baru saja dikumandangkan dari mushola.
Kak Nani menarik tangan Iyan, dia tidak mau terlambat Subuh di masjid gara-gara Iyan. Iyan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Kak Nani tatapi tidak bisa. Akhirnya Iyan pasrah.
"Wudunya yang cepat, Ayah sudah menunggu tuh!" suruh Kak Nani.
Ayah terlihat menunggu di dekat pintu. Ayah menunggu Nani dan Iyan. Kak Nani buru-buru memakai mukena dan menghampiri Ayah. Iyan pun mengikuti.
Pagi itu, Iyan pertama kalinya ikut salat Subuh di mushola. Air dingin saat berwudu membuat Iyan mengigil kedinginan. Namun, dia harus mengikuti Ayah ke luar dari rumah.
"Bismillah dulu ya," ucap Ayah.
Iyan dan Kak Nani mengucapkannya serempak, lalu berjalan mengikuti Ayah.