Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Kisah Sofa Villa yang Diterjang Tsunami

15 Januari 2019   11:55 Diperbarui: 15 Januari 2019   12:22 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya aku mencapai tepi pantai setelah berjam-jam terombang-ambing di laut biru. Aku sebenarnya masih terheran-heran, bagaimana aku bisa mencapai tepi pantai? Rasaku, seharusnya aku sudah tenggalam di dasar laut, tubuhku dimakan ikan, dan rangkaku menjadi sarang terumbu karang.

Aku memperhatikan sekelilingku. Beberapa temanku dari villa milik majikanku berserakan di pasir. Beberapa masih dalam keadaan utuh walaupun kusam dan kumal. Beberapa lainnya mengalami cacat. Seperti meja prasmanan yang kehilangan kakinya atau patung ikan raksasa yang kehilangan ekornya. Namun ada juga yang sudah tidak berbentuk. Orang-orang terkapar di sepanjang mata memandang. Ada yang sama sekali tidak bergerak, ada yang merintih, dan ada yang menangis.

Dari arah laut, nampak sebuah keranjang yang terayun-ayun mengikuti gelombang air. Keranjang tersebut terbuat dari rotan. Di sela-sela rotan tersebut, nampak ada kain-kain yang terkulai karena terkena hujan. Mungkin keranjang itu sebelumnya adalah tempat tidur bayi yang hangat lengkap dengan kasur dan selimutnya. Lalu, dimana bayi itu sekarang? Apakah terjungkal di suatu tempat lalu raganya tenggelam dalam laut? Atau bayi itu selamat dalam dekapan ibunya? Atau jangan-jangan dia membeku dalam keranjang rotan itu.

Ya Tuhan, ini mengerikan sekali. Apa yang terjadi?

Tadinya, aku tinggal di sebuah villa di tepi pantai. Jika kalian duduk di beranda villa itu, kalian akan langsung melihat laut dengan ombak yang yang bergulung-gulung saling berkejaran. Di depan villa, pohon kelapa tumbuh tertata dan menari-nari mengikuti hembusan angin. Kita bisa melihat matahari yang terbenam sambil berselonjor menikmati es kelapa muda. Menyenangkan sekali, bukan?

Aku membuat nyaman orang yang datang ke ruang depan villa tersebut. Mereka yang menunggu anggota keluarganya mendaftar di meja resepsionis, aku layani dengan baik. Majikanku menyertakan majalah dan koran di sampingku supaya para tamu tidak merasa jenuh. Selama 5 tahun aku bertugas di sana. Kukira, hidupku akan baik-baik saja. Begini seterusnya.

Sayangnya, majikanku kemudian menilai aku terlalu tua. Aku sudah tidak dibutuhkan lagi dan diganti dengan yang baru. Yang memiliki warna lebih cerah dan tampak lebih segar. Aku harus mengakui itu. Maka, disimpanlah aku di gudang selama berbulan-bulan.

Malam itu, villa majikanku sedang menerima banyak tamu. Dengar-dengar, ada selebritis yang sedang melangsungkan pesta pertunangan di villa ini. Pesta ini akan dihadiri oleh 500 orang. Aku yang sebelumnya berada di gudang, dikeluarkan dan dibersihkan untuk ikut menyambut tamu yang datang. Aku sebetulnya malu untuk keluar. Warna badanku sudah kusam dan aku tidak semodis sofa yang lainnya. Aku diletakkan di barisan paling belakang oleh majikanku. Ya, memang hanya digunakan sebagai cadangan. Kalau-kalau ada yang tidak mendapatkan duduk di kursi-kursi yang cantik dan modis.

Pestanya, betul-betul meriah. Taman di villa kami dihias sedemikian rupa dengan lampu-lampu berwarna warni. Makanan dan minuman ditata dengan indah di atas meja prasmanan. Meja dan kursi dihias dengan kain dan bunga. Di atas panggung, seorang penyanyi perempuan yang mengenakan gaun putih ramping bernyanyi dengan amat merdu diiringi oleh pemain musik yang mengenakan jas hitam.

Para tamu pun sepertinya berdandan dengan maksimal. Seluruh tamu pria mengenakan jas dengan kemeja di dalamnya. Sedangkan tamu wanita mengenakan gaun yang gemerlap. Beberapa orang tamu terlihat mengelilingi pemain musik dan ikut berdendang. Beberapa orang lainnya duduk di sofa dan saling mengobrol. Sebagian lainnya mengantri makanan.

Di puncak acara, seorang pria tinggi dan gagah, berkulit putih, berhidung mancung, dan memiliki senyum menawan naik ke atas panggung. Tak berapa lama, seorang wanita bergaun biru muda dengan bawahan yang lebar dan mengenakan mahkota mutiara naik ke atas panggung juga diiringi oleh 2 orang perempuan separuh baya. Semua orang berdiri dari kursinya masing-masing dan berjalan mendekati panggung sambil mengacungkan ponselnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun