Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyanyian dan Lukisan Sang Sunyi

24 Januari 2021   20:55 Diperbarui: 24 Januari 2021   21:25 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri, MYT, taken from gunung potong 230121 

Jauh dari keramaian, hanya sunyi berteman sepi yang menepi. Hanya hati berteman sunyi. Tak ada tawa, hanya irama tarikan napas yang  tak menentu.

Sunyi.

Sepi.

Diam.

Lalu bicaralah hati tanpa suara, tanpa sepatah kata, kepada sunyi. Tentang perihal yang telah berlalu. Tentang jejak yang termakan waktu. Tentang luka-luka yang terdalam. Tentang asa yang diterbangkan angin. Tentang cita yang dipeluk sang bintang. Tentang cinta yang tertawan cinta. 

Sang sunyi menganggukan kepala. Tetap diam tanpa suara. Membiarkan hati curahkan rasa. Tentang penyesalan yang terlambat bangun. Tentang khilaf yang terlambat insaf. Tentang maaf yang tak kunjung tiba. Tentang doa yang menanti jawab. Tentang esok yang penuh tanda tanya.

Kali ini, nyanyian diam sang sunyi, diiringi irama rintihan air mata nurani. Sang sunyi masih diam namun mulai melukis senyum. Ditatapnya hati yang merintih. Penuh cinta.  

Lalu dilukisnyalah sebuah jalan tentang esok. Digambarnya matahari, bulan dan bintang. Dilukisnyalah langit yang cerah dan mendung. Juga gerhana dan purnama, anugerah dan bencana. Tak lupa, digoreskannya sebuah sketsa tentang pelangi sehabis hujan. Lukisan itu diberinya judul: jalan kehidupan!

Sunyi membawa keraguan nurani dan pikiran. Akhirnya digambarnyalah lukisan abstrak tentang asa. Tentang anak manusia dan jejak kaki yang menapaki jalan-jalan di segala ruang dan waktu. Ketika tiba di jalan penuh kerikil dan duri ketakberdayaan, dalam pasrah kepada sang alam dan pikiran mendekati keabadian.... Tuhan menggendongnya melalui jalan kehidupan. 

Sunyi, sepi dan diam membangkitkan gairah menjemput hari esok. Meskipun esok mungkin tetap sunyi, tapi diri kan terus melangkah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun