Mohon tunggu...
Mega Riyanti
Mega Riyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Mega Riyanti - (43222010006) Mahasiswa Univeristas Mercu Buana Program Studi S1-Akuntansi Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2-Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   10:21 Diperbarui: 12 November 2023   11:36 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
canva.com & id.pinterest.com

Semar (Batara Ismaya Batara Iswara Jurudyah Punta Prasanta Semar) adalah nama tokoh utama dalam punakawan di pewayangan Jawa. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan wiracarita Mahabharata dan Ramayana. Meski demikian, nama semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut (berbahasa sanskerta), karena tokoh ini merupakan ciptaan tulen pujangga Jawa.

Profil Tokoh Semar

Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan yaitu ada pada dalam karya sastra zaman kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Di dalam karya tersebut, Semar dikisahkan sebagai Abdi (bawahan) dari tokoh Sadewa. Oleh karena itu, Semar memiliki peran sebagai Punakawan yang menghibur tuannya dengan humor-humor segar dan menghibur. Ketika Era kerajaan kerajaan Islam berkembang di tanah Jawa, tokoh Semar masih dipertahankan dengan pewayangan Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar yang semula hanya sebagai kaum Sudra kini semakin ditingkatkan, bahkan para pujangga Jawa mengisahkan Semar melalui karya-karyanya bukan sebagai rakyat jelata, namun sebagai penjelmaan Ismaya.

Sekalipun berstatus sebagai kaum Sudra, Semar tidak miskin secara mentalitas. Di samping itu, Semar dikenal memiliki kepribadian baik yaitu selalu mengajarkan ilmu-ilmu kearifan pada keluarga Pandawa. Sehingga oleh keluarga Pandawa, Semar kemudia dianggap sebagai pusaka yang layak untuk dihormati. Keberadaannya di Negeri Indra Pranata, Semar sering menjadi perisai atas serangan berbahaya dari Batara kala yang selalu berusaha untuk menyantap atau menyerang para Pandawa. Semar adalah putra Sahyang Tunggal dan Dewi Wiranti. Iya memiliki dua saudara kandung yaitu sahyang Antaga (Togog) dan Sahyang Manikmaya (Batara Guru). Tiga bersaudara itu berasal dari telur Bercahaya yang pecah ketika dipuja oleh sahyang tunggal, kulitnya menjadi togok, putih telur nya menjadi Semar dan kuning telur nya menjadi Batara guru. Saat masih di kah yangan Semar bernama sah yang Ismaya dan mempunyai istri bernama Dewi Kanastri. Semar memiliki putra sepuluh yaitu sahyang bengkokkan, Temboro, Kuwera, Respati, siwah, Surya, Candra, Yamadipati, Kamajaya, Darmanastiti.

Semar bertempat tinggal di karang Kedempel, dengan nama Semar Badranaya, dan mengangkat tiga anak yaitu Gareng, Petruk, Bagong. Yang kemudian Semar, Gareng, Petruk, garing disebut Punakawan. Pernah kawan yang memiliki arti teman yang setia. Punakawan ikut dengan kesatria di manapun untuk membela kebenaran, jika menjadi penghibur di saat junjungannya sedang sedih. Semar diceritakan memiliki bentuk fisik yang sangat unik dapat disebut sebagai simbolisasi berbagai dualism di jagat raya ini. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya. Semar dilukiskan selalu tersenyum tapi matanya selalu sembap dan mengeluarkan air mata. Penggambaran ini adalah simbol dua Lisma suka dan duka yang menyertai manusia. Wajah sama terlihat tua tapi potongan rambutnya bergaya Kuncung seperti anak kecil. Ini sebagai simbol tua dan muda. 

Semar dikenal dewa yang berpenampilan manusia lumrah (manusia dari Kasta Sudra). Hal ini menunjukkan, bahwa Semar merupakan sosok yang selalu memiliki sikap rendah hati serta berpenampilan sederhana, sekalipun iya masih keturunan dewa. Dari kesederhanaanya itu, Semar  dianggap oleh Pandawa sebagai guru yang selalu mengajarkan agar hidup tidak tinggi hati sekalipun sebagai anak cucu dari seorang raja. Karena dengan kerendahan hatinya itu, Pandawa selalu dekat di hati seluruh rakyat. Sebagai simbol kearifan dalam khazanah budaya Jawa, Semar adalah dewa yang menyamar sebagai kawulo Alit untuk mengembalikan perdamaian di saat-saat yang gawat. Seperti konflik yang penuh dengan kekerasan antar komunitas etnis atau agama, merupakan kondisi yang dalam legenda pewayangan memerlukan kehadiran Semar.


Berikut berbagai ajaran moral juga tercermin kan pada berbagai sebutan atau nama lain dari Semar antara lain:

1.  Semar bermakne Hasan ming Semar Semar yang artinya “ dua Sang penonton makna kehidupan “. Semar artinya tersamar atau tidak jelas. Semar secara seman. Mempunyai pengertian gaib atau misteri, tidak dapat dijangkau oleh akal. Semar berasal dari kata ‘ wa SAR “ yang berarti suatu yang memencar kan cahaya (Sri Mulyono, 1982, 41-42). Semar artinya datan kesamaran sakaliring kahanan, ingkang gumelar ya kang gumulung.

2.  Tokoh Semar disebut dengan Badranaya yang terdiri dari kata Badra yang berarti rembulan (bulan) dan kata Naya yang berarti pimpinan, tuntunan, namun dapat dimaknai sebagai wajah. Istilah Badranaya berasal dari kata berbeda artinya membangun sarana dari dasar, dan kata Naya atau Nayaka artinya utusan penge rasul, jika dipadukan memiliki makna mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan umat manusia. Ada pula penjelasan istilah Badranaya berasal dari Badra berarti bulan, Naya berarti ulat atau pas Emon, artinya jika senang hati tokoh ini seperti bulan purnama. Hal ini berkaitan dengan bahasa Arab, bahwa kata Badra berasal dari kata Bed-ru Yang bermakne Ngakan bulan tanggal 14, bulan yang Bercahaya sangat terang (Musa Al Mochfoeld, 1976, 66).

3.  Semar juga disebut pula dengan nayang Taka, ncie berarti ulat atau Opo Latan dan antaka berarti mati, jadi nama ini bermakne akan wajah Semar pucat Pasi laksana mayat (kamus bahasa Jawa (Bausastra Jawa), 2001,533).

4.  Semar memiliki sebutan saran Sari memiliki makna semua tingkah laku Semar selalu memikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun