Saat tua nanti,Â
Kami tak mau menyusahkan anak-anak. Kami tidak mau tinggal dengan anak-anak dan cucu-cucu, kami punya rumah sendiri.
Saat tua nanti,Â
Tak perlu mbok kirimi uang, cukup kok tabungan dan pensiunan tiap bulannya, malah ada THR juga.
Saat tua nanti,Â
Gak usah kasih hadiah baju-baju, sudah numpuk banyak di lemari, gak kepake malahan, wong ibumu saja cuma pakai piyama sehari-harinya.
Saat tua nanti,Â
Aku sudah gak bisa tengok cucu-cucu, kalau liburan Natal, kumpul dirumah saja, ibumu tidak bisa kemana-mana.
Saat tua nanti,
Aku cuma mau melayani di Gereja semampuku, sekuatku, itu juga kalau ibumu bisa ditinggal dirumah.
Saat tua nanti,Â
Ya  kulakoni sebisaku, sekuatku. Masih bisa naik motor kemana-mana, biar cepat sampai rumah, kasihan ibumu sendirian dirumah.
Saat tua nanti,Â
Rumah ini pasti sepi, sangat sepi, hanya kami berdua bersama suara-suara burung itu.
Saat tua nanti,Â
Telponlah seminggu sekali kalau sempat, kalau lagi sibuk tidak usah maksain, kami tahu anak-anak punya kariernya masing-masing.
Saat tua nanti,Â
Titip ibumu kalau aku pergi duluan. Ibumu gak merepotkanmu kok, cuma perlu ditemani dan disuapi makan dan obat. Itu saja.
Malang, 12 Desember 2017