Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setiap Saat

4 Maret 2024   15:13 Diperbarui: 4 Maret 2024   15:15 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Neneng meneguk kopinya dan menggigit roti panggangnya-selai stroberi yang menggelitik, meniadakan manfaat roti gandum dan dengan demikian memicu rasa bersalah karena dia tidak pernah benar-benar memanfaatkan penawaran diskon di gym.

Saat dia menelan ludah, menggigit, dan memikirkan resolusinya yang gagal, dia menonton TV di meja dapur-bukan, bukan menonton tayangan tentang orang asing yang berduka karena tidak pernah berhasil mengirimkan cek setelah permohonan bantuan bencana bulan lalu, tapi hanya untuk demi jam virtual di pojok kanan bawah layar-dan menunggu setrika memanas sambil menyesali menyia-nyiakan dua jam yang berharga untuk film bodoh tadi malam.

Mendengarkan anak sulungnya bergumam melalui kata kerja bahasa Inggris-memutuskan pilek bukan alasan untuk tidak masuk sekolah-sambil memikirkan janji hari itu di kepalanya dan bertanya-tanya apakah akan ada waktu untuk pergi ke Fresh Market saat istirahat makan siang.

Kecuali rapat tepat waktu, yang kemungkinan besar tidak terjadi, dia melihat apakah putrinya tidak mencoba menyelinap keluar dengan anting-anting terbaik Neneng. Bersyukur gadis itu belum mencapai tahap meremehkan setiap atom keberadaan ibunya, dia memasukkan mangkuk sereal ke dalam wastafel. Begitulah cara dia menyadari baju olahraga si bungsu berjamur di sudut lantai-sambil terus menyesali dan menyesalimengapa dia menyerah pada film bodoh itu ketika seharusnya dia mencuci pakaian seluruh keluarga, memanggang kue, mengajari putrinya merajut, atau menulis novel terlaris.

Dan sepanjang waktu ... menarik napas dalam-dalam ... bertanya pada dirinya sendiri mengapa dia selalu merasa begitu tertekan.

Neneng meneguk kopi lagi dan segigit roti panggang lagi, dan ... sementara ... sementara ... setiap saat bertanya pada dirinya sendiri.

Mengapa dalam sehari hanya ada 24 jam?

Cikarang, 4 Maret 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun