Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

T.T.K (Edisi: Dalam Perjalanan)

12 Juni 2023   18:00 Diperbarui: 12 Juni 2023   18:05 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang masa lalu, bukan aku merasa ingin kembali. Aku memanggil kenangan hanya sekedar untuk mengingat dan mengenangnya. Berjalan di atas rerumputan dengan tali sepatu terikat adalah pilihan terbaik memikul waktu yang sedari dulu tidak nampak, tetapi selalu berlalu lebih cepat dari awan yang terlihat di langit.

Lekas aku merangkul langkah pertama. Langkah pertama adalah kepastian. Mantap aku memuji terdengar syahdu ke angkasa. Dengan nyaman menatap sebuah tempat. Rintihan hatiku memanggil sehingga tercipta kegelisahan yang memaknai hadirnya perjalanan hari ini, kegelisahan menandai huruf pertama tersemat di bait ini.

Layaknya dihempas sang ombak, begitupula antara cinta dan takdir harus bisa aku maknai sebagai bagian matahari yang terurai sinarnya ke alam semesta ini. Memahami sinarnya, tanpa harus membendungnya karena hanya akan sia-sia. Tanpa Lelah membaca di atas cahayanya, tanpa pamrih memilih kepada siapa ditetapkan. Sadari, tugasku hanya menjalani. Dan itu jawaban pasti setelah sekian lama mencari dari satu tempat ke tempat lain tanpa pernah tersentuh tanahnya. Lama sekali baru aku sadari, tapi tak mengapa selama itu indah. Tak mengapa berproses dari luka, seperti nasehat bijak luka adalah dimana cahaya memasukimu.

Tak perlu waktu lama aku tiba di tempat legendaris. Warung kopi "Mbah Mo". Sekedar transit sementara saja "Mampir Ngombe", karena tujuan abadiku bukan di sini. Setelah dari sini, aku akan melanjutkan perjalanan ke Selecta di Batu Malang. Sekali lagi bukan perjalanan abadiku. Aku berencana singgah di Jalan Selecta No.1 Tulungrejo Bumiaji Batu atau kurang lebih 6.5km dari Alun-Alun Batu.

Selecta, dari kata Selective artinya pilihan. Terpilih sebagai taman bunga yang indah. Aku akan menunggu di sana sampai aku tak mampu menunggu lagi. Serpihan hati ini terpeluk erat di sana. Sendirian aku mampu, karena jalan pilihan.

Melekat bunga warna-warni mekar sepanjang waktu. Penyejuk hati yang kaku. Satu hal ingin aku katakan di sini, tidak ada niatan aku memetiknya, apalagi mencium kelopaknya. Cukup bagiku adalah perintahmu, karena perintahmu adalah anugerah bagiku. Dan senyummu adalah bahagiaku. Bahagiaku melihat tanganmu merangkul bahumu sendiri.


Nanti, aku hanya minta sisi sepimu wahai taman bunga. Izinkan aku berteriak tanpa harus kau dengar. Sesampainya di sana aku ingin berteriak " aku benci melihatmu datang, tapi aku lebih membenci melihatmu pergi. Aku benci mendengar bisikmu, tapi aku lebih membenci melihatmu diam membisu. Aku benci pula orang mengucapkan namamu, tapi aku lebih membenci tak mendengar kabarmu. Sesungguhnya cukup bagiku hadirmu, karena aku takkan pernah bisa membencimu."

Wahai lautan yang kecil, tunduklah pada lautan yang lebih besar. Wahai gunung yang tinggi, tundukkan pada pegunungan yang lebih tinggi. Wahai diriku yang lemah, dengarkan tundukkan pada lautan yang besar dan pegunungan yang lebih tinggi di hadapanmu.

Bila malam tiba, aku hanya bisa bisu bertanya pada bulan. Dan bila fajar tiba , bukanlah hal yang aku harapkan hadirnya. Ketika itu engkau akan pergi, dan entah kapan aku melihatmu lagi. Dingin menyerang di seluruh tubuh, sekujur tubuh mengubur cahaya. Aku benci...

Nanti, nanti yang aku lewatkan di Selecta, di mana aku berada sekarang ialah melepaskan diri. Menyusuri fata morgana. Dibagian lain aku akan bercerita tentang kemenangan hakiki. Di selecta tolong sampaikan, cerita perjalanan untuk sampai ke sini. Salam sunyi sepi tanpa hadirmu. Kisah tertinggal tak tampak lagi, aku ingin menggalinya selagi menjadi saksi kenangan yang terkubur.

Terakhir sebelum pulang nanti, aku di permukaan karat dosa, tidaklah dapat aku menembus cahayamu. Kupaksakan sekalipun tidak pernah akan bisa, semua tinggal tentang dalam kehendak genggaman takdir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun