Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

T.T.K (Edisi: Dalam Perjalanan)

12 Juni 2023   18:00 Diperbarui: 12 Juni 2023   18:05 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih lanjut "Lakukan bagianmu saja, dan biarlah Allah mengerjakan bagianNya. Lakukan saja apa yang bisa dilakukan, selebihnya tinggalkan. Jangan melakukan sesuatu yang semata kau inginkan, sedangkan engkau belum tentu, bahkan mungkin tidak bisa melakukannya". Sesaat sebelum berpisah yang pertama dulu, di hari pertama, di hari kemarin. Saat ini aku berada di fase hari ke dua atau hari ini di detik ini.

Kemarin, kemarin hari aku bingung dengan kata-kata tersebut. Terpaku aku menatap laut dengan gelisah. Dan sekarang aku mengerti, seperti katamu diampun akan kulakukan. Sekarang dalam perjalanan sendiri, setelah sebulan melangkah aku jawab "Beautiful In White".

Ketapang -- Gilimanuk (Terbaik)!"

Kau tahu, sejak saat ini "Beautiful In White", bahwa melalui laut yang kau gambarkan, aku belajar sesuatu yang baru tiap sebut namamu. Laut memberi kebebasan dunia.

Tigapuluh menit atau kurang lebihnya tigapuluh menit kapal feri Pottre Koneng bakal merapat ke dermaga pelabuhan (estimasi). Ternyata cepat terasa rugi aku baru menyadarinya setelah 2/3 pelayaran. Kenapa baru 2/3 perjalanan aku baru menyadarinya, kenapa tidak dari dulu awal jumpa, sampai di sini berburu cerita tidak ada yang tersimpan, melainkan sekedar berburu ombak samudera yang aku kejar suaranya tanpa bisa aku tangkap kebenaran warna apalagi wujudnya secara hakiki.

Tapi is Ok. Cinta, cinta dalam ruang dan waktu takkan menghilang, selama karena semata dari Sang Pencipta. Tidak ada hal yang biasa di sekeliling cinta, semua hal adalah cerita yang luar biasa. Mencari sisa ruang waktu untuk dimaksimalkan mungkin jawaban terbaik saat ini. Lebih baik daripada meminta cinta untuk menghentikan waktu adalah kemelut jiwa yang tidak adil. Apalagi memaksakan kembali hadirnya dalam mimpi, tak ubahnya kabut jiwa yang akan menutupi ketenangan laut saja.


Lihat, lihatlah, aku melihat lumba-lumba menari seperti kemarin lagi. Tapi aku takkan merekamnya dalam HP. Karena, mata hatiku selamanya telah melihat sejak saat itu. Hatiku mati di sini, di Selat Bali. Selama ini aku pergi tidak untuk meninggalkanmu, Selat Bali. Aku pergi tidak untuk meninggalkanmu. Tempatmu selamanya tetap di sini, tetapi tempatku tidak di sini. Aku tak bisa menjangkaumu walaupun kau hanya di seberang ombak sana. Sekali lagi, hanya bisa aku ikrarkan di atas Kapal Feri Pottre Koneng "Hatiku mati di sini, di Selat Bali".

Perjalan tarian lumba-lumba menghilang kembali di telan jarak. Aku dan kapal Feri Pottre Koneng semakin menepi ke dermaga. Jika aku sempat pantulkan cermin ke matahari, berguguran ombak di telan satu masa berganti. Aku takkan minder dengan riak gelombang, karena untuk cinta aku tak boleh berdusta.

Sebelum aku kembali ke darat...tidak ada jalan yang tidak berujung, sejauh apapun kita berjalan ada batas waktu untuk berhenti. Semoga dipertemuan berikutnya kita dipertemukan untuk menjadi pasangan jiwa, bukan sebatas pengalaman hidup. Bukan pula cerita tentang siapa yang menjadi pasanganmu, atau siapa yang pertama kita suka. Laut ini sesungguhnya mampu mengajarkan arti cinta yang sesungguhnya.

Palung laut dapat diukur kedalamanya, bisa terbayangkan gelapnya. Tapi palung cinta takkan terkubur di dalam cinta itu sendiri. Selamanya terkubur di bawah sadar, hanya alam intuisi yang sanggup menggambarkan, menyiratkan dan menyuratkan kepada seseorang di dalamnya.

Berhembuslah angin laut, musim akan terus berganti , daun tumbuh dan berguguran. Terima kasih.

Ikuti saja, biarkan sayapku memelukmu. Tersenyumlah dan katakan "hai" selalu untuk selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun