Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Problematika Marketplace Guru: Mau Jadi Guru? Check Out Dulu!

4 Juni 2023   00:45 Diperbarui: 4 Juni 2023   01:01 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Animasi dari Pixabay, Gambar dibuat penulis

Hal ini jelas juga bisa menimbulkan masalah, bagaimana jika pihak yang melakukan mediasi bisa di suap oleh pihak sekolah yang lebih kaya? Bukankah karir guru tersebut akan punah untuk selama-lamanya hanya karena sekolah menang atas tuntutan bintang satunya? Marilah kita renungkan sama-sama.

(Jujur, renungan saya mengacu kepada satu hal; menggunakan artificial intelegent. Dan itupun masih menjadi masalah sebab artificial intelegent hanya mengetahui putih dan hitam, sementara manusia adalah warna-warni itu sendiri. Atau secara sederhana, kita tidak bisa mempercayakan artificial intelegent dalam masalah ini.)

  • 2. Jika memang nantinya Marketplace Guru menggunakan CV, maka tentunya ada syarat yang dibuat kementrian pendidikan terkait CV tersebut, termasuk template CV yang digunakan dan dipatenkan oleh sistem. Mengapa? Karena guru honorer itu kemungkinan tidak tahu cara membuat CV itu bagaimana, sehingga jika pemerintah menyediakan, maka akan menyelamatkan mereka dengan efektif serta efisien.
  • 3. Sistemnya tentu saja tidak boleh mengacu kepada diskriminasi, artinya adalah indikator-indikator keguruan yang tidak terlalu diperlukan sebaiknya dihapus, misalnya berpenampilan menarik atau cantik. Dan kemudian mengenai diskriminasi fisik, kita perlu berdiskusi bagaimana dengan guru yang berintelektual dan kompeten tapi memiliki cacat fisik, sebab tidak etis jika harus mengesampingkan mereka; guru adalah guru, dan pendidikan kita mesti mulai melihat manusia sebagaimana manusia, bukan dari fisik, status sosial, dan harta mereka.

(Lalu bagaimana dengan umur? Hal ini perlu kita renungkan dan diskusikan.)

  • 4. Untuk mengatasi permasalahan diskriminasi skill, sebab Marketplace Guru maupun sekolah pasti akan membuat sistem supply and demand yang ada kebutuhan, ada orang. Maka tidak memungkinkan nantinya sekolah membutuhkan calon guru yang pandai berbahasa Inggris maupun keterampilan tertentu; akan tetapi bagaimana jika calon guru dari suatu daerah nyatanya tidak memenuhi hal tersebut? Maka untuk hal ini, sebaiknya pemerintah mengadakan kelas khusus tertentu seperti kurikulum merdeka, tempat dimana calon guru bisa kursus dan mendapatkan sertifikasi 'layak' untuk diletakkan.

Itupun jika profesi guru di sekolah tersebut tidak diserobot oleh orang yang lebih kompeten terlebih dahulu. Dan tidak diserobot oleh mereka yang punya orang dalam.

Dan untuk menyelesaikan masalah itu, saya percaya hal ini bisa terjadi di PPG. Di PPG pemerintah bisa membuat sistem pelatihan yang mengacu pada skill tertentu atas dasar observasi pada suatu daerah dan menemukan apa yang dibutuhkan pada daerah tersebut. Sehingga hal ini saya percaya bisa menyelesaikan masalah ketimpangan supply and demand.

  • 5. Tentunya nama Marketplace Guru sebaiknya dirubah; saya memiliki tawaran nama, yaitu adalah Guru Merdeka. Kendati mereka memang tidak merdeka-merdeka amat karena harus menunggu untuk dipilih, namun dengan nama Guru Merdeka maka mereka bisa diindikasikan telah tersambung dengan Kurikulum Merdeka, dan memiliki kapabilitas terhadap kurikulum tersebut.

Akhirnya, bab terakhir pembahasan; 

Apa yang mesti dilakukan mahasiswa maupun calon guru yang akan menempuh zaman Marketplace Guru?

Memahami medan laga yang akan kita hadapi, maka setidaknya ada beberapa hal yang mesti dilakukan calon guru untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.

1. Perbanyak Prestasi

Marketplace Guru akan membuat dan sekaligus memaksa kita untuk menuju ranah kualitas dibandingkan kuantitas. Akan banyak calon guru yang tidak kompeten kehilangan pekerjaan, dan digantikan mereka yang kompeten.

Itulah mengapa sebaiknya dari sekarang mulai mengoleksi piagam, sertifikat, dll disertai ilmu untuk berjaga-jaga. Jika memang ada lomba silahkan ikut, yang penting dapat sertifikat dan ilmunya. Karena sertifikat maupun ijazah memang bukan bukti konkret kalau kamu memiliki ilmu dalam bidang itu, akan tetapi itu adalah bukti kamu pernah mencoba.

Dan setidaknya sertifikat membuat kita (sekolah) lebih percaya dibandingkan hanya omong kosong belaka.   

2. Ikut Organisasi

Saya paham sekarang orang-orang mayoritas mengatakan bahwa masuk organisasi merupakan kesalahan yang fatal. Namun jika anda mempercayai saya, saya menyarankan untuk masuk organisasi. Mengapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun