Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Candi yang Jadi Sarang Ular Itu Akhirnya Direnovasi

11 Mei 2018   19:30 Diperbarui: 12 Mei 2018   10:10 3099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat atau mendatangi situs (candi) merana barangkali sudah sering saya lalukan. Namun menyaksikan secara langsung bagaimana orang (tukang) yang sedang bekerja memperbaiki (merehabilitasi/merenovasi) candi yang rusak tadi tentu ini pengalaman saya yang pertama kalinya.

Kemarin pagi, sebelum nyekar (ziarah, red) ke pusara ibu di Desa Lambangan, Wonoayu, Sidoarjo, entah mengapa saya kok tergerak untuk mengunjungi kembali Candi Dermo yang berlokasi di Desa Candinegoro, Wonoayu,Sidoarjo. Sebenarnya sudah beberapa kali saya mengunjungi candi yang diperkirakan merupakan gapura (pintu gerbang) menuju kawasan tertentu itu. 

Untuk pertama kalinya saya mendatangi Candi Dermo pada tahun 2012. Kondisi candi tinggalan Kerajaan Majapahit itu terlihat cukup memprihatinkan. Beberapa bagian telah rusak (lapuk/keropos) karena ditelan sang zaman. Atau mungkin rusaknya sebagai akibat ulah manusia yang tak bertanggung-jawab (vandalisme).

Belum direhab tapi menjadi daya tarik fotografi (dok.pri)
Belum direhab tapi menjadi daya tarik fotografi (dok.pri)
Dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 18/09/2014, saya bersama putri semata wayang kami mendatangi kembali Candi Dermo yang letaknya tak jauh dari tempat tinggal kakak kandung kami. Kondisi candi nyaris tak ada perubahan, masih belum ada upaya renovasi.

Mulai direhab (dok.pri)
Mulai direhab (dok.pri)
Selang tiga tahun kemudian, tepatnya tanggal 03/01/2017 kembali saya mendatangi Candi Dermo. Candi yang terletak di tengah-tengah pemukiman warga Desa Candinegoro itu sepertinya sudah mulai direnovasi lagi. Itu bisa dilihat dari terpasangnya tiang-tiang kayu di sekeliling bangunan candi. Sayangnya saat itu saya tidak melihat secara langsung aktivitas pekerja candi. 

Mengamati sistem perekatannya (dok.pri)
Mengamati sistem perekatannya (dok.pri)
Akhir tahun 2017, tepatnya tanggal 29/12/2017 saya datang lagi ke Candi Dermo namun masih belum terlihat aktivitas sebagai upaya renovasi lanjutan pada periode sebelumnya.

Pak Hadi (dok.pri)
Pak Hadi (dok.pri)
Kedatangan saya ke Candi Dermo kemarin (10/05/2018) merupakan momen yang sangat berharga. Untuk kunjungan kali ini saya berkesempatan melihat langsung aktivitas perbaikan candi. Selain itu saya bisa bertemu muka dengan juru pelihara (jupel) candi yaitu Pak Hadi.

"Candi Dermo sudah berulang kali mengalami perbaikan setelah renovasi pertama yang dilakukan pemerintah Belanda. Tahun 2015 renovasi dimulai lagi," terang Pak Hadi usai mengecek hasil pekerjaan tukang candi.

Pria kelahiran 33 tahun silam itu mengatakan kalau dana yang diturunkan untuk perbaikan Candi Dermo itu tidak langsung brek (turun) sekaligus melainkan bertahap. 

Dana yang diturunkan bukan dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk bahan. Dana renovasi candi berasal dari Kementerian (dinas) Kebudayaan dan Pariwisata pusat dan bukan dari Pemerintah Daerah Sidoarjo.

Itu pula yang menyebabkan perbaikan Candi Dermo berjalan tidak lancar dan sempat terhenti.

"Bila dana turun lagi ya pekerjaan kita lanjutkan," tukas pria dengan dua anak itu.

Tukang candi (dok.pri)
Tukang candi (dok.pri)
Pekerjaan merenovasi candi ternyata tidak semudah mendirikan atau merenovasi bangunan modern. Untuk keperluan tenaga kerja (tukang) sengaja diambil dari warga Desa Candinegoro dan sekitarnya yang memang sudah memiliki keahlian khusus yakni keahlian dalam bidang konstruksi bangunan namun soal teknis pengerjaan renovasi candi mereka masih tetap mendapatkan bimbingan dan pengarahan para ahli dari Balai Pelestarian Bangunan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto, sebuah lembaga yang selama ini berkecimpung dalam upaya pelestarian situs-situs (candi) bersejarah di Jawa Timur.

Batu bata yang digunakan untuk merenovasi candi juga bukan batu bata sembarangan. 

"Batu bata pengganti (baru, red) sengaja didatangkan dari daerah Magetan," ujar Pak Hadi sambil memperlihatkan contoh batu bata baru itu.

Biasanya batu bata dipesan dari daerah Trowulan, Mojokerto yang selama ini dikenal sebagai sentra penghasil batu bata. Karena pemasok bata di Trowulan sudah menyatakan diri tidak sanggup maka dipesanlah batu bata baru itu dari kawasan Magetan.

Pak Matroji sedang menggosok bata (dok.pri)
Pak Matroji sedang menggosok bata (dok.pri)
"Permukaan batu bata dihaluskan dulu dengan digosok-gosok, nanti kalau mau dipasang di atas digosok lagi," terang Pak Matroji, pekerja yang khusus ditugasi menggosok batu bata. 

Sebelum dipasangkan ke bagian candi yang rusak, permukaan bata harus halus. Pak Matroji lalu menggosok-gosokkan bata itu ke batu ungkal yang berfungsi seperti rempelas (kertas gosok, red). Sambil diguyuri air, bata tadi berulang kali digesek-gesekkan ke batu ungkal sampai semua permukaan batu bata menjadi halus sempurna. 

"Pekerjaan saya ini tentu membutuhkan ketelatenan lebih sebab jika tergesa-gesa hasilnya jelek dan nggak pas, Mas," lanjut Pak Matroji sambil menghela nafas karena kelelahan. 

Pemasangan batu bata mengikuti bentuk (model) candi aslinya. Semua sudah dikonsultasikan dengan para ahli BPCB Trowulan. Batu bata dipasang dengan sistem gosok. Seminimal mungkin menggunakan cairan semen, itupun bila dinilai sangat perlu untuk memudahkan pengerjaan.

Pemerintah Belanda kala itu sempat melakukan renovasi dengan mengecor bagian belakang pintu Candi Dermo. Meski terlihat kurang menarik namun pengecoran itu bertujuan menyelamatkan bangunan candi dari keruntuhan.

Batu bata yang didatangkan haruslah batu bata berkualitas sangat bagus dan terpilih sesuai standar yang ditetapkan oleh para ahli BPCB Trowulan.

"Kalau batanya ada cacat sedikit saja, misalnya ada noda hitam, sudah nggak kita pakai," ujar Pak Hadi.

Batu bata yang dipesan diperoleh dari sistem pembakaran yang sempurna agar dihasilkan bata yang bukan saja berpenampilan bagus tapi juga tidak mudah pecah (kuat). Bila dipasangkan ke bagian candi yang rusak maka bangunan candi hasil renovasi tadi menjadi tahan lama.

"Diperkirakan renovasi seluruh bagian Candi Dermo akan selesai tahun 2020 mendatang, bangunan candi yang sudah jadi diharapkan bisa menjadi pengingat dan bahan studi anak-cucu kita," pungkas Pak Hadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun