"Bila dana turun lagi ya pekerjaan kita lanjutkan," tukas pria dengan dua anak itu.
Batu bata yang digunakan untuk merenovasi candi juga bukan batu bata sembarangan.Â
"Batu bata pengganti (baru, red) sengaja didatangkan dari daerah Magetan," ujar Pak Hadi sambil memperlihatkan contoh batu bata baru itu.
Biasanya batu bata dipesan dari daerah Trowulan, Mojokerto yang selama ini dikenal sebagai sentra penghasil batu bata. Karena pemasok bata di Trowulan sudah menyatakan diri tidak sanggup maka dipesanlah batu bata baru itu dari kawasan Magetan.
Sebelum dipasangkan ke bagian candi yang rusak, permukaan bata harus halus. Pak Matroji lalu menggosok-gosokkan bata itu ke batu ungkal yang berfungsi seperti rempelas (kertas gosok, red). Sambil diguyuri air, bata tadi berulang kali digesek-gesekkan ke batu ungkal sampai semua permukaan batu bata menjadi halus sempurna.Â
"Pekerjaan saya ini tentu membutuhkan ketelatenan lebih sebab jika tergesa-gesa hasilnya jelek dan nggak pas, Mas," lanjut Pak Matroji sambil menghela nafas karena kelelahan.Â
Pemasangan batu bata mengikuti bentuk (model) candi aslinya. Semua sudah dikonsultasikan dengan para ahli BPCB Trowulan. Batu bata dipasang dengan sistem gosok. Seminimal mungkin menggunakan cairan semen, itupun bila dinilai sangat perlu untuk memudahkan pengerjaan.
Pemerintah Belanda kala itu sempat melakukan renovasi dengan mengecor bagian belakang pintu Candi Dermo. Meski terlihat kurang menarik namun pengecoran itu bertujuan menyelamatkan bangunan candi dari keruntuhan.
Batu bata yang didatangkan haruslah batu bata berkualitas sangat bagus dan terpilih sesuai standar yang ditetapkan oleh para ahli BPCB Trowulan.