Yogyakarta, Sebagai upaya menanamkan nilai kritis dan kepedulian sosial sejak awal proses kaderisasi, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) menggelar kegiatan Ramen DAD (Rangkaian Menuju Darul Arqam Dasar) selama satu hari penuh di SMP Muhammadiyah Banguntapan. Meski singkat, kegiatan ini dikemas padat dan bermakna, mengusung tema besar: "Paradigma Profetik dalam Menanamkan Nilai IMM untuk Mewujudkan Kader yang Kritis." Rangkaian ini menjadi persiapan awal bagi para calon kader untuk mengikuti jenjang DAD (Darul Arqam Dasar) dengan kesiapan mental, spiritual, dan intelektual.
Acara ini menjadi bukti bahwa PK IMM FITK bukan hanya sekadar organisasi, tetapi juga merupakan lingkungan sosial yang mendukung dan menjadi tempat bagi kader untuk berkembang, di mana para mahasiswa dapat melatih kepedulian, memperluas pemikiran, dan menumbuhkan semangat pengabdian. Empat materi utama menjadi fokus kegiatan ini: keislaman, kemuhammadiyahan, ke-IMM-an, dan gender.
Materi keislaman menjadi pijakan pertama dengan fokus pada aqidah, yang memperkuat pemahaman kader tentang tauhid dan nilai-nilai iman dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penyampaiannya, narasumber menekankan pentingnya aqidah yang solid sebagai landasan dalam setiap aktivitas kemanusiaan dan perjuangan mahasiswa.
Di sesi kemuhammadiyahan, peserta diajak untuk lebih memahami sejarah Muhammadiyah sejak KH Ahmad Dahlan mendirikannya, termasuk visi gerakan pembaruan Islam, prinsip tajdid, serta kontribusi nyata Muhammadiyah dalam pendidikan, kesehatan, dan kebangsaan. Materi ini semakin memperkuat kesadaran kader bahwa mereka merupakan bagian dari rentetan perjuangan yang telah membawa perubahan sosial di Indonesia.
Dalam materi ke-IMM-an, peserta diperkenalkan kembali pada identitas IMM sebagai gerakan mahasiswa Islam yang memiliki semangat profetik. Materi ini mencakup sejarah IMM, Tri Kompetensi Dasar serta Trilogi IMM. Dengan materi ini, diharapkan peserta menyadari bahwa menjadi kader IMM adalah sebuah pilihan perjuangan, bukan sekadar untuk organisasi, tetapi juga untuk masyarakat yang lebih adil dan progresif.
Materi terakhir yang sangat penting adalah gender, yang menjadi tempat refleksi mengenai pentingnya kesetaraan dan keadilan antara pria dan wanita. Diskusi membahas tentang ketidakadilan dalam konstruksi sosial, dampak dari patriarki, serta peran kader IMM dalam menciptakan ruang yang aman dan inklusif bagi semua. Acara ini memberikan kesempatan untuk berempati dan mendorong kader agar lebih peka terhadap isu-isu sosial yang ada, termasuk ketimpangan gender.
Walaupun hanya berlangsung satu hari, antusiasme peserta sangat mengesankan. Acara ini tidak hanya diisi dengan ceramah, tetapi juga diskusi interaktif dan Focus Group Discussion (FGD). FGD menjadi cara yang efektif untuk mendorong keberanian berpikir, menyampaikan pendapat, dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama.
Ketua Umum PK IMM FITK, Immawati Maulida Fitri Aulia, menyampaikan bahwa Ramen DAD adalah langkah awal untuk membangun mental dan wawasan kader sebelum mengikuti DAD. "Saya harap calon-calon kader dapat meneguhkan hati, membuka pikiran, dan membangkitkan semangat. IMM bukanlah tempat untuk mencari posisi, tetapi sebagai tempat untuk berkembang secara sosial dan intelektual," ujarnya dengan tegas.
Acara ini menjadi pengingat bahwa proses kaderisasi IMM tidak hanya sebatas internalisasi nilai, tetapi juga pembentukan kesadaran sosial mulai dini. PK IMM FITK juga menunjukkan perannya sebagai lingkungan sosial yang baik, mendukung, dan menyediakan ruang bagi kader muda untuk berkembang menjadi agen perubahan dalam masyarakat.