Penjurusan bagus untuk diterapkan. Manfaat penjurusan baru bisa didapat jika jumlah pelajaran lebih sedikit, mekanisme belajar dirubah, dan cara mengajar guru diperbaiki.Â
Jumlah pelajaran di sekolah terlalu banyak. Hal ini menyebabkan fokus terpencar dan manfaat belajar berkurang. Oleh karenanya, hapuskan pelajaran yang tidak relevan, sedehanakan materi ajar, dan perbanyak pengulangan.
Pola belajar di sekolah membuat otak siswa tumpul. Guru-guru hanya mengejar target materi ajar untuk kemudian diujiankan. Kebanyakan siswa tidak benar-benar paham objektif dari materi pelajaran. Mereka hanya sekedar mencatat, menghafal, dan mengikuti arahan guru.Â
Waktu belajar siswa seringnya terbuang sia-sia. Lebih buruknya lagi, tidak sedikit guru yang mengajar asal-asalan di dalam kelas. Asal murid mencatat dan tidak ribut di kelas berarti proses belajar dianggap berjalan lancar.Â
Esensi dari proses belajar jarang dipahami dengan benar. Alhasil, satu materi belum dipahami, siswa sudah dipaksa belajar materi lain. Guru akhirnya harus mengejar target belajar, sementara siswa berkutat pada nilai. Begitulah siklus belajar di sekolah.Â
Hartshorne dan Germine telah melakukan beberapa penelitian untuk mempelajari cara kerja otak. Hasil studi mereka menunjukkan bahwa faktor umur berindikasi pada koneksi jaringan di otak.Â
Crystallized intelligence
Kemampuan kognitif terus mengalami peningkatan di umur 3o-40 tahun. Meskipun demikian, kecerdasan lain yang disebut crystallized intelligence dapat terus meningkat sampai umur 60 an.
crystallized intelligence adalah kemampuan dan pengalaman yang telah dipelajari. Diantaranya: pengetahuan umum, kosakata, dan penalaran. Ketiga hal ini didapat dari pengalaman, pendidikan, dan proses belajar terus menerus.
Dalam dunia pendidikan, kecerdasan crystallized lebih mendominasi. Ini bermakna proses dan tahapan belajar dianggap penting untuk menstimulasi otak.Â
Sayangnya siklus belajar di sekolah menitikberatkan penguasaan banyak materi. Pola ini membuat otak kehilangan kesempatan memperkuat jaringan informasi yang telah terbentuk.Â
Siswa sangat jarang mendapatkan kesempatan untuk mengulang materi berulang kali, sampai benar-benar paham. Mereka terpacu belajar demi nilai dan angka. Kemampuan otak bernalar untuk memecahkan masalah jarang dilatih.