Suasana lebaran menyisakan jalanan sunyi nan sepi. Puluhan toko di pinggiran jalan diam membisu tanpa pengunjung. Saya membawa dua putri kecil menuju pustaka mini tepat di seberang jalan bersebelahan dengan sebuah stadion terbesar di provinsi Aceh.
Jadwal pengembalian buku bertepatan dengan hari lebaran. Banyak buku-buku baru yang belum dipinjam oleh anak-anak. Jadilah kami mengunjungi pustaka mini di pagi jumat.
Setelah tiba di depan toko, kami segera masuk ke dalam melewati pintu kecil. Sebenarnya pustaka masih tutup berhubung hari libur. Namun, kami masih dibolehkan untuk mengembalikan buku dan meminjam koleksi buku lainnya.
Anak-anak terlihat antusias mencari judul buku menarik untuk dibawa pulang. Dalam satu tahun terakhir, koleksi buku bertambah berkat bantuan pemerintah.
Banyak buku hasil adopsi cerita luar negeri. Khususnya dari India dan beberapa negara Eropa. Program alih bahasa buku cerita anak dari beberapa negara adalah program kemendikbud masa Nadiem Makarim.Â
Bagi saya pribadi, program alih bahasa cerita anak memberi dampak positif terhadap dunia literasi anak. Beberapa buku yang sudah saya bacakan ke anak berhasil memantik rasa ingin tahu anak tentang budaya, bahasa, dan pengetahuan negara lain.
Pustaka mini di desa-desa sejatinya menjadi wadah literasi masa kini. Jika akses terhadap buku-buku anak hadir melalui pustaka mini, besar kemungkinan secercah cahaya literasi mampu kita hidupkan kembali.
Pengetahuan anak perlu dihidupkan dengan bacaan. Membaca buku sudah sewajarnya menjadi kebiasaan dalam rumah. Jangan sampai ponsel pintar (smartphone)Â mengambil alih waktu anak dan menumpulkan kemampuan kognitif mereka.Â
Minat baca anak muncul dari kebiasaan membaca buku sejak dini. Saya mewajibkan anak untuk berkunjung ke pustaka setidaknya satu minggu sekali. Dalam sekali kunjungan, ada empat koleksi buku cerita yang dibawa pulang.Â