Mohon tunggu...
MASRUR
MASRUR Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMPN 3 Jember

Membaca, Menuulis, Olahraga (bola), dan Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Meneropong Perempuan dengan Kaca Mata Feminisme dan Ketidakadilan Gender dalam Novel "Geni Jora"

26 Januari 2024   09:58 Diperbarui: 26 Januari 2024   10:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahwa perempuan harus selalu mau mengalah. Jika perempuan tidak mau mengalah, dunia ini akan jungkir-balik berantakan seperti pecahan kaca. Sebab tidak ada laki-laki yang mau mengalah. Laki-laki selalu ingin menang dan menguasai kemenangan. Sebab itu perempuan harus selalu siap me-nga-lah (pakai awalan ‘me’).

          “Jadi selama ini Nenek selalu mengalah.?”

          “Itulah yang harus Nenek lakukan, Cucu.”   

          “Pantas Nenek tidak pernah diperhitungkan.”

          “Diperhitungkan?” Nenek terlonjak.

          “Benar, Nenek tidak pernah diperhitungkan. Nenek tahu apa sebabnya?”


          “Apa? Apa sebabnya, Cucu?

          “Sebab Nenek telah mematok harga mati, dan harga mati Nenek adalah kekalahan. Siapakah yang mau diperhitungkan pihak yang kalah?” (GJ:61).

Itulah sebabnya kenapa perempuan selalu dipojokkan dan dinomorduakan dari kaum laki-laki. Perjuangan Jora dalam mempertahankan pendiriannya akhirnya membuahkan hasil. Jora merasa terbebas dari belenggu dan pemikiran kolot neneknya. Akhirnya Jora menang, sedangkan nenek kalah oleh pemikiran kolotnya. Jora ingin bergerak bebas tanpa ada yang membatasinya.

Lihatlah, Nek! Kau telah gagal, membentengi diriku. Tamengmu tameng semu. Terbukti cakrawalaku lebih menghampar dari halaman rumahmu. Langitku lebih lebar dari atap rumahmu. Pemandanganku lebih luas dari kisi-kisi jendela karatmu. Dari atas pendakianku, terlihat semua yang kau tutupi dan terbuka semua yang kau sembunyikan. Milikku adalah semesta penglihatanku dan milikmu, Nek, sebatas tempurung buntu. Kaulah “katak dalam tempurung” sang waktu (GJ:77).

perjuangan Jora dalam mewujudkan cita-cita dan menghapuskan pemikiran negatif tentang perempuan terlihat dari data di atas. Ia menganggap pemikiran nenek yang selalu merugikan kaum perempuan dapat membuat perempuan tidak maju dan diperhitungkan. Pemikiran Jora lebih modern dibanding dengan pemikiran nenek yang selalu menomorduakan perempuan. Jora merasa mendapatkan segala-galanya. Menurut Jora nenek sudah tidak mampu lagi mengekang, membatasi dan menutup ruang geraknya. Hal tersebut terbukti pada cakrawala pengetahuan Jora yang lebih luas daripada nenek. Harapan dan kemauan Jora yang lebih lebar untuk maju daripada kemauan nenek yamg selalu mengalah dengan laki-laki. Nenek merupakan wakil perempuan tradisional yang lemah daya pikir dan selalu bergantung pada laki-laki (suami). Jora mempunyai cita-cita yang tinggi supaya ia tidak tertinggal dan kalah dengan laki-laki. Jora merasa bebas bergerak kemanapun ia suka. Dengan demikian perjuangan wanita untuk menyamakan hak dan derajat dengan laki-laki dapat berhasil apabila wanita berpendidikan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun