Lalu bagi mereka yang mau nyalon jadi kades, uang segitu bisa dipakai buat dana kampanye. Bagi seorang pedagang, 700 juta bukanlah jumlah yang sedikit jika digunakan sebagai penambah modal. Yang karyawan, mungkin akan buru-buru berpikir untuk resign memulai bisnis sendiri.
Dan bagi seorang yang berorientasi ke akherat, bisa jadi yang terbayang di benaknya adalah pergi haji atau umroh, cari tanah buat diwakafkan, cari anak yatim buat disantuni, bantu bangun tempat ibadah dan sejenisnya.
Semua orang punya keinginan yang berbeda dalam membelanjakan uang yang dimilikinya. Dan uang selalu dijadikan sebagai tumpuan dalam proses pemenuhan kebutuhan manusia. Meski akhir-akhir ini, fungsi dompet sudah mulai digantikan oleh alat pembayaran atau aplikasi non-tunai.
Jika kita merujuk pada pendapat Abraham Maslow, kebutuhan manusia dapat dikatagorikan dalam 5 tingkatan. Dari tingkat paling dasar berupa kebutuhan fisiologis, naik menjadi kebutuhan akan rasa aman, kemudian beranjak kepada kebutuhan akan kasih sayang, naik lagi kepada rasa ingin dihargai dan yang paling puncak adalah keinginan untuk mengaktualisasikan diri.
Namun apakah 5 tingkatan di atas akan selalu dilalui seseorang secara berurutan?
Seyogianya, ya. Sehingga secara sederhana bisa disimpulkan bahwa seorang Prabowo Subianto sudah pasti tak bermasalah dengan pemenuhan kebutuhan atas pengakuan dari orang lain dan level-level kebutuhan di bawahnya. Apatah lagi kebutuhan dasar, sudah jauh dari cukup. Aktualisasi diri sudah menjadi target hidupnya.

Namun ada kalanya semuanya tak berjalan semestinya. Kadang orang seakan melompati salah satu atau dua tingkatan.
Seperti kasus Vincent van Gogh yang terkesan melompat dari tingkat paling dasar ke tingkat tertinggi. Baginya, hidup seadanya dan hubungan sosial yang terbatas sudahlah cukup.
Keinginannya dalam mengaktualisasikan diri sebagai seorang seniman menjadikan semua pemenuhan kebutuhan mencapai level terendah jika dilihat dari kacamata orang kebanyakan. Di situlah letak perbedaannya, bahwa satu orang dan orang lain tak akan bisa disamakan.
Hal yang sama terjadi pada diri saya sekitar 10 tahun yang lalu. Bukan menyamakan diri ya. Buat contoh lain saja. 😁
Merasa cukup punya uang, dengan aman dan sentosa saya belanjakan ia untuk mewujudkan sebuah hobi bernama modifikasi. Padahal rumah belum ada, jomlo pula, kok berani-beraninya belanjain tabungan buat modif motor?