Pada tahap ini, penting juga untuk mengajak anak berdiskusi tentang pengambilan keputusan dan konsekuensinya. Misalnya, jika anak memilih untuk menunda pekerjaan rumah, ajarkan mereka bahwa ada akibat yang mungkin terjadi, seperti lebih sedikit waktu bermain.
Namun, pastikan untuk tetap memberikan dukungan dan dorongan, bukan kritik berlebihan. Anak perlu merasa aman dalam membuat keputusan, dan belajar dari setiap pengalaman mereka.
Kesalahan adalah bagian dari proses belajar, dan mereka perlu tahu bahwa kesalahan bukanlah hal yang buruk, tetapi kesempatan untuk tumbuh.
3. Mendorong Anak untuk Menyelesaikan Masalah Sendiri
Kemandirian juga tercipta melalui kemampuan anak untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Meskipun sebagai orang tua, kita merasa ingin selalu siap membantu anak-anak, terkadang kita perlu memberi mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan mencari solusi secara mandiri.
Saat anak menghadapi masalah, seperti tidak bisa menemukan mainan yang hilang atau tidak tahu cara menyelesaikan tugas sekolah, cobalah untuk tidak langsung memberikan solusi.
Sebaliknya, dorong mereka untuk berpikir dan mencari solusi sendiri.
Misalnya, ketika anak kesulitan menemukan mainan kesayangannya, ajak mereka untuk bersama-sama mencari cara mengatasinya.
Cobalah bertanya, "Apa yang kira-kira bisa kita lakukan untuk menemukannya?" atau "Ingatanmu tentang terakhir kali meletakkan mainan itu di mana, ya?" Tujuannya adalah untuk mengajak anak berpikir kreatif dan terlibat dalam proses pencarian.
Dengan cara ini, anak diajak untuk berpikir kreatif dan bertanggung jawab atas masalah yang mereka hadapi.