Mohon tunggu...
Cahya Yuana
Cahya Yuana Mohon Tunggu... Widyaiswara/Trainer

Cahya Yuana seorang trainner yang suka mencoba hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia di Balik Pintu Kelas 9B

16 Agustus 2025   05:26 Diperbarui: 16 Agustus 2025   05:26 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau lo tanya gue, sekolah itu tempat yang isinya cuma dua hal: pelajaran yang bikin kepala panas sama drama anak-anaknya. Tapi di SMP Negeri 5, ada satu tambahan: rumor serem soal kelas 9B. Kelas itu ada di ujung lorong paling sepi di lantai dua. Nggak ada yang mau lewat situ kalau nggak terpaksa. Katanya, kalau lo berdiri di depan pintunya pas jam 5 sore, lo bakal denger suara bisikan. Ada yang bilang itu suara anak yang dulu sekolah di sini tapi... ya, gitu deh, nggak pernah pulang.

Gue, Fadil, anak biasa-biasa aja di kelas 9C, sebenernya nggak pernah percaya sama hal kayak gitu. Sampai suatu hari, semuanya berubah gara-gara taruhan bodoh sama temen-temen gue. Waktu itu istirahat siang, kami nongkrong di kantin. Farhan, si bocah paling ribut seantero sekolah, tiba-tiba nyeletuk, "Eh, siapa berani buka pintu 9B pas sore? Katanya sih, pintunya udah nggak pernah dibuka dari tiga tahun lalu." Gue nyengir, "Ah, paling cuma kuncinya karatan. Apa yang serem?" Farhan nyaut, "Nggak ada yang berani, Dil. Kalau lo berani, kita semua bayarin lo gorengan sebulan." Sebulan gorengan gratis. Duh, godaan dunia fana. Gue pun nyanggupin tanpa mikir panjang. Padahal, itu keputusan paling konyol yang pernah gue ambil.

Jam 4.45 sore, sekolah udah sepi banget. Gue, Farhan, sama dua temen lain---Naya dan Raka---jalan pelan ke lorong ujung. Lampu lorong kedip-kedip kayak film horor murah. Pintu kelas 9B keliatan biasa aja. Catnya agak mengelupas, ada bekas coretan spidol di pinggir. Tapi entah kenapa, rasanya dingin pas gue berdiri di depannya. Gue pegang gagang pintunya---terasa agak basah. Aneh. "Yaudah, buka!" bisik Farhan sambil megang kamera HP buat ngerekam. Pas gue puter gagang itu, pintunya kebuka... dan di dalamnya, ruangan itu nggak kayak kelas biasa. Semua meja kursi numpuk di pojok, jendela ditutup kain hitam, dan ada papan tulis penuh coretan kata-kata yang nggak jelas. Tapi yang bikin bulu kuduk gue berdiri adalah satu hal: di papan tulis itu ada tulisan besar... "FADIL, KAMU DATANG JUGA."

Gue langsung mundur, napas nggak karuan. "Oke, ini siapa yang ngerjain gue?" Gue nengok ke Farhan, tapi mukanya pucat. Naya dan Raka juga diem aja. "Tadi gue nggak nulis apa-apa, Dil..." suara Farhan gemetar. Tiba-tiba, ada suara langkah kaki dari dalam, padahal jelas-jelas ruangan itu kosong. Kami langsung kabur secepat mungkin. Gorengan sebulan? Udah nggak penting.

Malamnya, gue mimpi lagi berdiri di depan kelas 9B. Tapi kali ini, pintunya kebuka lebar, dan ada cewek pake seragam putih biru di dalam. Dia nyuruh gue masuk sambil senyum aneh. "Aku udah nunggu kamu, Dil," katanya pelan. Pas gue mau lari, dia ngegenggam tangan gue. Tangannya dingin banget, kayak es. Gue kebangun dengan napas ngos-ngosan.

Gambar Pribadi
Gambar Pribadi

Besoknya, gue ceritain semuanya ke Naya. Dia anaknya paling logis di antara kami. Naya malah bilang, "Kalau mau tau, kita harus balik ke situ. Biar gue bawa senter sama kamera." Farhan jelas nolak, tapi entah kenapa, gue setuju. Sore itu, kami berempat balik ke 9B. Kali ini, pintunya terkunci. Naya nyalain senter dan coba ngintip lewat celah jendela. "Dil, sini deh. Lo harus liat ini." Gue intip, dan jantung gue langsung berdegup kenceng. Di papan tulis itu ada tulisan baru: "MASUK SENDIRI, FADIL. TEMENMU TIDAK BOLEH."

Entah kenapa, gue malah nurut. Gue nyari cara masuk lewat jendela belakang yang sedikit terbuka. Begitu gue masuk, hawa di dalam kayak beda. Sunyi banget, dan gue ngerasa ada yang ngeliatin. Tiba-tiba, pintu belakang nutup sendiri. Gue nengok, dan di sudut ruangan, cewek dari mimpi gue berdiri. Matanya sayu, tapi ada air mata yang jatuh. "Fadil... tolong aku keluar dari sini."

Namanya Lira. Dia cerita kalau tiga tahun lalu, dia murid kelas 9B. Suatu sore, dia terjebak di sekolah saat kebakaran kecil. Semua orang selamat, kecuali dia. Nggak ada yang tau persis kenapa dia nggak keluar. Ruhnya terjebak di kelas itu, dan entah kenapa, dia cuma bisa komunikasi sama gue. Dia bilang, gue mirip kakaknya yang dulu nyelamatin dia waktu kecil. Gue tanya gimana caranya nolong dia. Dia cuma bilang, "Temukan buku harian di laci meja nomor tujuh."

Gambar Pribadi
Gambar Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun