Bentangan terpal biru memikat mata, namun tak dapat buatku paling darimu jua
Kencang angin bertiup tak lantas dapat menyejukkan ragaku s'perti mana kau t'rus pujiku
Rupa kaku mu yang kian indah dari waktu ke waktu, menggoda rasa tuk t'rus tertuju
Bagaimana tidak daku sejatuh cinta ini padamu, jika cela padamu jua kau jadikan sempurnaÂ
Berat s'wara mu selalu buat ku candu, kata per kata darimu bak lantunan syair pengantar lelap
Andik matamu menghantarkan ku pada jurang penuh tanya, apakah makna yang tersirat ?
Dekap hangat mu bak rumah tempatku berteduh dari beribu panah caci maki dunia padaku
Bersamamu daku terisi, sedih dan bahagiaku kau rayakan dengan hebatnyaÂ
Ku haturkan besar terimakasih padamu tuan, sebab t'lah bersedia menerima wanita penuh luka iniÂ
Dengan lapang dada kau terima amukan gilaku, lembut belai mu berhasil meredahnya
Tak mudah kau nyerah padaku yang s'lalu minta tuk pisah acap kali lelah
Sigap siaga padaku dalam keadaan apapun dirimu kala itu
Banyak hal yang kau nomor duakan hanya untukku, perempuan penuh ego ini
Terimakasih tuan, atas aku yang s'lalu kau rayakan.....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI