3. Mencari perhatian publik, bukan pertolongan profesional. Ia sering mengeluh di media sosial, tapi menolak saran untuk konsultasi.
4. Menjadikan gangguan mental sebagai identitas. Alih-alih berusaha sembuh, ia justru bangga dengan label "broken".
Sebaliknya, orang yang benar-benar berjuang biasanya diam, tertutup, dan fokus pada proses pemulihan. Mereka tidak ingin sakitnya menjadi tontonan, karena bagi mereka, setiap hari adalah perjuangan yang nyata.
---
Peran Publik: Jangan Asal Simpati, Tapi Juga Jangan Mengejek
Tentu, kita tak bisa serta-merta menuduh setiap pengakuan sebagai kebohongan. Banyak orang benar-benar menderita, hanya saja cara mereka mengekspresikannya berbeda.
Namun, penting bagi kita untuk bersikap kritis dan empatik secara proporsional.
Jika seseorang mengatakan ia memiliki isu mental, dengarkan --- tapi dorong ia untuk menemui ahli psikologi atau psikiater.
Dan jika seseorang menggunakan label gangguan mental untuk membenarkan perilaku kasar atau manipulatif, kita berhak berkata: "Trauma bukan alasan untuk menyakiti orang lain.
---
Penutup: Kesehatan Mental Bukan Tren, Tapi Perjuangan