Keesokan harinya, Fayyadh berangkat ke kota dengan hati yang berat. Dia merayu Mbah Nafsiah untuk ikut, tetapi Mbah menolak dengan alasan uang yang tidak cukup. Dengan berat hati, Fayyadh meninggalkan Mbah Nafsiah sendirian di rumah, dan berjanji akan kembali dengan selamat.
Sampai di kota, Fayyadh segera menuju rumah ayahnya, rasa tak sabar ingin segera melihat wajah ayah dan memeluknya. Namun, dia terkejut mendapati bahwa ayahnya baru saja dikebumikan karena kecelakaan. Kesedihan mendalam menyelimuti hati Fayyadh. Ia pulang dengan hati hancur dan luka mendalam, dari kecil tidak pernah melihat sosok ayahnya dan kehadiran sosok ayah dalam hidupnya.tiada lagi harapan untuk bertemu ayahnya
Dengan hati yang penuh penyesalan dan air mata kesedihan, Fayyadh pulang ke desa dengan langkah yang berat. Namun, ketika dia tiba di halaman rumah, tetangga Fayyadh dengan kepala tertunduk dan sedih serta suara yang parau, Ia mengyampaikan bahwa Mbah Nafsiah sudah dikbumikan sehari setalah kepergian nak Fayyadh ke kota. Fayyadh terdiam tanpa kata, air mata pun mengalir tak terasa, seketika itu Fayyadh menjerit histeris memanggil Mbah Nafsiah dan berlari sekuat tenaga menuju makam. Fayyadh memeluk makam Mbah Nafsiah dengan isak tangis yang dalam
Setelah pulang dari makam, Fayyadh dengan tubuh yang lemah, perlahan menuju kamar Mabah Nafsiah yang penuh dengan berjuta kenangan, menatap kamar dengan wajah kosong dan lagi-lagi air mata Fayyadh menetes. Fayyadh menemukan surat dari Mbahnya diatas tempat tidur. "Fayyadh, aku tahu kamu sudah bertemu ayahmu. Aku pergi dengan tenang. Ingatlah, cincin ini adalah simbol cinta dan pengorbanan Mbah untukmu yang selalu Mbah sayang. Fayyadh adalah anak yang baik, dan jangan pernah lupa doakan nenekmu."
Disudut kamar Mbah Nafsiah, Fayyadh termenung dan bergumam
Mbah....... Fayyadh sayang Mbah.
Mbah Nafsiah akan selalu hidup dalam kenangannya sebagai sosok yang penuh kasih sayang dan kebaikan.
Fayyadh menangis. Ia merasa bersyukur telah memiliki Mbah Nafsiah sebagai keluarga. Meskipun ayahnya telah pergi, cinta dan kebahagiaan yang diberikan oleh neneknya akan selalu mengiringi langkahnya
Dari situlah, Fayyadh belajar bahwa terkadang kita harus mengikuti keinginan orang yang kita cintai, meskipun terasa berat. Dan bahwa keluarga tidak hanya tentang darah, tetapi juga tentang kasih sayang dan pengorbanan