Mohon tunggu...
Mario SudiantoChien
Mario SudiantoChien Mohon Tunggu... Animator - Mario Chien

Student at Atma Jaya University, Faculty of Business and Economics Management Department

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Drive to Change or Drive by Change?

14 Februari 2020   14:12 Diperbarui: 20 Juni 2023   21:24 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture : organisedlady.wordpress.com

Saya ingin mengatakan bahwa pendidikan kita seyogianya menjadi tempat yang sungguh-sungguh menyiapkan kita dimasa depan. Dan masa depannya adalah kita tak terlepas dari teknologi, kita justru harus mampu menyesuaikan diri. Ada buku yang sangat menarik untuk dibaca, buku ini adalah hasil Komite Rekonstruksi Pendidikan Yogyakarta (KRP DIY). 

Buku ini berjudul  Pendidikan dalam Berbagai Rentang Pemikiran. Apa yang menarik dari buku ini ?.., buku ini menjelaskan bahwa perubahan teknologi bisa jadi mengesampingkan proses pembelajaran klasikal dikelas dan lebih memilih belajar via internet, hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat generasi ini (generasi Z) yaitu generasi yang mampu melakukan berbagai hal secara multitasking dengan media informasi digital.

Dalam bukunya yang berjudul Change! Renald Kasali mengkaji beberapa alasan yang menghambat seseorang, kelompok, organisasi, perusahaan dsb. Untuk berubah. Diantaranya sebagai berikut :

Dennying (menolak) ; kemunculan Gojek pertama kali mendapat penolakan yang amat dashyat baru hingga akhirnya diterima. Dalam teori manajemen ada 2 (dua) aksi (action) menyambut perubahan yang pertama adalah biasa saja => habbit=resisten, dan yang kedua adalah shock=> kaget/surprise=>kesulitan=>chaos (kacau)=>resisten. Orang takut untuk berubah, cemas dan akhirnya menyerah.

Arogant ; ini merupakan self destructive habbit perilaku yang merusak diri sendiri. Kita tidak akan pernah bisa berubah karena menganggap diri selalu benar.

Competitive Myopia ; kita hanya melihat yang dekat saja kita tidak mampu melihat lebih jauh, lebih luas, dan melihat masa depan, memprediksi apa yang akan terjadi.

Competency dependence : ketergantungan pada kompetensi yang sudah kita miliki di masa lalu. Kita tidak mau belajar hal-hal baru.  Karena kedepan keahlian akan semakin di uji.

Territorial impuls ; menganggap bahwa tidak ada orang lain yang bisa merebut wilayah kita, area bisnis kita, area pemasaran kita, dan area dimana kita diakui. Hal ini membuat kita tumpul karena merasa paling baik karena tak punya kompetitior. Hal ini lambat laun akan membuat kita lenyap karena diluar sana ada begitu banyak musuh-musuh kita yang mengamati bisnis kita, perilaku kita dan menunggu momentum menumbangkan kita.

Complacency ; kenyamanan membuat kita tidak mau bergerak, berubah dan ingin tetap melestarikan kenyamanan itu. Kita lupa bahwa kenyamanan kita suatu waktu akan terganggu dengan hadirnya konsep dan pola-pola yang baru. Atau kita akan digeser digantikan oleh yang lain. Kita retensi dan tidak mau berinovasi.

Volume obsession ; banyak bisnis yang tumbang karena merasa market share-nya besar, volume penjualannya besar dan tidak mau melakukan research dan inovasi. Mereka dibutakan dengan kejayaan masa lalu.

Sungguh kejayaan ..memabukkan..!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun