Mohon tunggu...
Mario SudiantoChien
Mario SudiantoChien Mohon Tunggu... Animator - Mario Chien

Student at Atma Jaya University, Faculty of Business and Economics Management Department

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Drive to Change or Drive by Change?

14 Februari 2020   14:12 Diperbarui: 20 Juni 2023   21:24 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture : organisedlady.wordpress.com

Konsep bisnis telah berubah, bisnis model pun berubah. Orang tidak lagi sekadar memasarkan produk tetapi desain, layanan dan super App. Satrbucks tidak sekadar menjual  kopi tetapi suasana dan tempat yang cocok untuk generasi muda. 

Indomaret tidak sekadar menjual berbagai kebutuhan pribadi dan rumah tangga tetapi juga layanan (servive) dan kemudahan. Gojek  tidak hanya menawarkan jasa ojek online tetapi supper App yang memenuhi segala kebutuhan manusia. Segala sesuatu dipermudah, murah dan efisien.

Atau mungkin anda pernah mendengar kisah Enziklopedi Britanicana dan Americana, yang gugur setelah Microsoft melahirkan Software yang memuat softfile Enziklopedi? sungguh suatu musibah bagi Enziklopedi Britanicana dan Americana karena tak sanggup menjamu masa depan. 

Generasi sekarang tak lagi sama dengan generasi kemarin. Kita dapat mengatakan bahwa orang yang mengoleksi banyak buku adalah orang cerdas atau pintar. Tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa orang yang tak punya buku, tak punya koleksi buku adalah orang bodoh. Ingat hari ini tak lagi seperti kemarin.

Generasi hari ini adalah generasi dengan batas antara bermain dan bekerja yang sangat tipis (Kasali:2017). Cara belajar pun berbeda, sehingga Nadiem Anwar Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa belajar tidak harus di sekolah, bekerja tidak harus di kantor.

Pertanyaannya bagi kita adalah apakah kita siap untuk berubah ?

D. Trap, kejayaan Masa Lalu Memabukan..!

Banyak orang merasa puas dengan kesuksesan masa lalunya, volume penjualan yang tinggi menjadi alasan untuk tidak melakukan inovasi. Menolak perubahan karena merasa nyaman dengan tradisi. 

Menganggap teknologi sebagai perusak  generasi, dan memupuk arogansi bahwa kitalah yang paling benar. Semuanya itu adalah mindset masa lalu, era dimana ramalan menjadi pijakan. Kita memasuki dunia yang sama sekali berbeda dan sulit diprediksi.  

Teknologi bukan lagi menjadi pilihan tetapi keharusan. Saya berasal dari timur Indonesia tepatnya di Flores-Manggarai-NTT. Enam (6) tahun lamanya saya tinggal di asrama Katholik yang betul-betul bebas dari pengaruh teknologi khusus penggunaan Smartphone. 

Tradisi itu terus di agung-agungkan karena katanya ini menjadi kelebihan kita, alumni kita berhasil dan sukses setelah menamatkan pendidikannya dari sini. Apakah anggapan ini sesungguhnya benar ?.., apakah kita benar-benar diunggulkan dengan sistem seperti ini..? apakah alumni kita sungguh-sungguh berhasil di luar sana..? siapa yang bisa menjamin..? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun