Sebuah ledakan dahsyat menghantam Golewa. Semua warga berhamburan keluar rumah menuju bukit. Vinsen refleks berlari keluar, menarik Pene di teras, lalu berlari bersama warga ke bukit.
Dari atas bukit, orang-orang melihat sebuah lubang yang bernyala dan berasap. Dari dalamnya, muncul semburan lumpur panas dengan tinggi belasan meter. Vinsen menyipitkan matanya mencari tahu di mana lokasi semburan itu. Tungkai kakinya tiba-tiba lemah. Ledakan dan semburan itu berada kurang lebih beberapa ratus meter di belakang rumahnya, di atas tanah yang telah ia jual.
Dari kejauhan, Vinsen seperti melihat roh bapaknya, roh kakeknya, dan roh leluhurnya yang lain keluar dari dalam tanah lalu melayang-layang mengitari kawah lumpur panas tersebut, mengeluarkan tangisan yang menyayat hati. Vinsen roboh ke tanah.
Perasaannya bercampur aduk, sedih, kecewa, menyesal, dan perasaan bersalah. Ia seperti tidak rela bahwa rumah yang baru diperbaiki tidak akan berumur panjang.
Pene mendekati Vinsen dengan tangisan yang pilu. "Lihat sudah, leluhur marah kita habis-habisan." Pene terisak sambil teriak-teriak. Vinsen berusaha menenangkan istrinya, tetapi sepotong kalimat yang belum ingin ia dengar meluncur dari mulut Pene dan nyaris membuat jantungnya berhenti bekerja.
"Martina hamil."
Keterangan:
Lasu: umpatan/makian dari orang Bajawa, Flores-NTT.
La: interjeksi khas orang Bajawa, semacam "eh", "ah".
Besi: buah labu; penyebutannya seperti menyebut 'e' pada kata "ember".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI