Demonstrasi 28 Agustus 2025: Suara Rakyat yang Menggema
Aksi besar-besaran pada 28 Agustus 2025 kembali mengingatkan kita pada rapuhnya hubungan antara rakyat dan wakilnya. Ribuan buruh, mahasiswa, hingga masyarakat sipil turun ke jalan menyuarakan tuntutan: upah layak, penghentian outsourcing, serta kritik tajam terhadap DPR yang dianggap lebih mementingkan kepentingan politik ketimbang rakyat.
Sayangnya, aksi yang awalnya berjalan damai berubah ricuh setelah massa dan aparat saling bentrok. Tragedi pun terjadi: Affan Kurniawan, seorang driver ojek online berusia 21 tahun, tewas terlindas kendaraan taktis Brimob saat mengantar pesanan makanan. Ia bukan demonstran, melainkan rakyat biasa yang menjadi korban keganasan aparat.
Kejadian ini menambah daftar panjang alasan mengapa publik kian kecewa pada negara dan menggaungkan seruan "Bubarkan DPR".
Data yang Menggambarkan Krisis Kepercayaan
Seruan itu memang bukan tanpa dasar. Hasil survei Litbang Kompas (Agustus 2025) menunjukkan:
76,2% masyarakat tidak puas dengan kinerja DPR periode 2019--2024.
84,1% menilai DPR lebih berpihak pada partai politik ketimbang rakyat.
85,8% publik mendukung adanya oposisi yang kuat agar DPR tak berjalan sendiri tanpa kontrol.
Angka-angka ini memperlihatkan satu hal: krisis kepercayaan mendalam. DPR kehilangan legitimasi moral di mata rakyat.
Antara Emosi dan Realitas Konstitusi