Selembar luka kau semat
pada cendawan cinta
yang sempat kumamah
dalam kitab-kitab gelap
atau antrean ceriwis gerimis
dalam rintih ritmis
dan lenguh peluh
takkan ada lagi madu
yang bisa kureguk barang seteguk
Sebaris hampar perih kau semai
dari buih bahtera asmara
yang sempat kulahap
sembari bersembunyi dari tikam mentari
yang malas-malasan menyapa bumi
kau menggeliat dalam balut keringat
kau merapal dalam ingsut gairah
lalu terbang menyapa pucuk-pucuk cemara
tak ada lagi anggur
yang bisa membuatku gugur
dalam malam tempur
Kau melayang lalang
dalam semayam ilalang
larik-larik puisi ini
jadi panjat doa maghfirah
supaya kau tetap bisa menuai senyum
dalam mendung yang kukulum
di sini
di hulu pualam cinta
yang sinarnya menelan segala rona
 Tanah Kusir, 5 Desember 2018