Semua kita tahu pada Jum'at, 10 Agustus 2018 masing masing parpol pengusung telah mendaptarkan pasangan calon presiden-wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum.
Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin diusung parpol, PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP dan PKB. Sedangkan  pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno diusung oleh Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat.
Berkaitan dengan hal tersebut menjadi menarik untuk mencermati sapaan Zulkifli Hasan, Ketua MPR kepada Muhaimin Iskandar pada Pembukaan Sidang Tahunan MPR 2018 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 16 Agustus 2018.
Seperti diberitakan Kompas.com, 16/8/2018 pada Pembukaan Sidang tersebut, Ketua MPR juga menyapa para pimpinan lembaga tinggi negara.
Sesudah menyapa para pimpinan lembaga tinggi negara tersebut kemudian Zulkifli Hasan menyebut seluruh wakil ketua MPR dan DPR.
Ketua MPR berkata, "Wakil Ketua MPR Mahyudin, EE Mangindaan, Ahmad Basarah, Ahmad Muzani dan Muhaimin Iskandar yang tetap sebagai cawapres".
Setelah membaca berita ini saya ngobrol dengan dua orang teman. Salah satu teman mengatakan tidak perlu membahas sapaan Zulkifli Hasan itu karena menurutnya tidak ada hal mendasar untuk dibahas. Tetapi teman yang satu lagi menyebut hal tersebut serius untuk dibahas dan berikut ini ringkasan diskusi singkat kami itu.
Sapaan terhadap Cak Imin itu diucapkan oleh Zulkifli Hasan dalam kedudukannya sebagai Ketua MPR pada acara kenegaraan. Seorang teman berkomentar bahwa Zulkifli Hasan mungkin berseloro supaya sidang tidak terlalu formal dan lebih hidup.Â
Buktinya anggota MPR yang hadir tertawa mendengarnya. Tetapi teman yang lain menyanggah. Sidang kenegaraan bukanlah arena untuk seloro maupun untuk buat lucu lucuan.Kalau begitu mengapa Bang Zul ucapkan sapaan itu?
Berbulan bulan sebelum Jokowi memilih cawapresnya, Partai Kebangkitan Bangsa telah menyatakan sikap akan mendukung Jokowi pada pilpres dengan syarat Muhaimin Iskandar harus digandeng sebagai cawapres. Partai yang didirikan Gus Dur itu juga pernah mengungkapkan kalau presiden petahana tidak menggandeng Cak Imin maka Jokowi bisa kalah.
Akhirnya Tanggal 14 Juli 2018 di Palembang ketika bersama Jokowi, Cak Imin menyatakan sikap PKB yang akan mendukung mantan Gubernur DKI itu pada pilpres nanti. Sikap yang demikian kemudian ditindak lanjuti dengan ikut nya PKB bergabung pada kegiatan parpol pendukung Jokowi.
Pada pertemuan 24 Juli 2018 di Istana Bogor, Jokowi beserta parpol pendukung termasuk PKB hadir dan disebut pertemuan dimaksud telah menyepakati satu nama yang akan mendampingi mantan Walikota Solo itu.
Walaupun disebut telah mencapai kata sepakat, tetapi PKB kelihatan masih terus melakukan manuver politik bahkan pada 8-9 Agustus beredar rumor PKB akan hengkang dari koalisi pendukung Jokowi dan akan gabung dengan parpol lain yang memungkinkan munculnya poros ketiga.
Tetapi perkembangan selanjutnya menunjukkan begitu Jokowi menetapkan KH Ma' ruf Amin sebagai cawapres maka PKB berketetapan hati untuk mengusung pasangan tersebut. Artinya PKB telah mengurungkan niatnya untuk menempatkan Ketua Umum nya sebagai cawapres. Selanjutnya seperti kita ketahui, Zulkifli Hasan, Ketua MPR adalah Ketua Umum PAN yang pada akhirnya mendukung pasangan Prabowo Subianto- Sandiaga Uno pada pilpres 2019.
Dengan posisi politik yang berseberangan demikian maka menjadi muncul pertanyaan apa maksud Zulkifli Hasan pada sidang MPR, 16/8/2018 menyapa Muhaimin Iskandar sebagai cawapres.
Banyak pendapat yang bisa muncul tentang hal tersebut.A pakah maksudnya menyindir atau menyentil, menghambar hambari atau dengan maksud lainnya. Tetapi satu hal menurut pendapat saya, sangat tidak layak Ketua MPR pada acara kenegaraan itu menyapa Cak Imin dengan cawapres karena yang bersangkutan bukanlah cawapres.
Salam Demokrasi!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI