Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bersahabat dengan Gay Pengidap HIV Itu Berat

1 November 2019   19:23 Diperbarui: 2 November 2019   09:45 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: alodokter

Saya kemudian mencoba tenang, berfikir positif. Saya harus yakin dengan diri sendiri, apa yang saya lakukan masi dibatas kewajaran. Hingga akhirnya saya merasakan suntikan mengambil sempel darah.

Beberapa waktu menjadi sangat berat, penuh ketakutan, dan selalu berfikir kemungkinan yang terjadi selanjutnya dalam menjalani hidup. Ingin menangis, masi bisa tertahan. Lama-lama tekanan batin semakin berat.

"Posisi ini membuat saya merasa sedang tidak baik," kata saya kepada Amir. Hingga pada jawaban hasil tes kondisi tubuh saya sehat, tidak ada virus yang menakutkan itu.

Namun saya masih merasakan belum dikatakan baik. Menerima kenyataan bahwa sahabat baik saya seorang penderita HIV dan entah sampai kapan kondisi tubuhnya bertahan.

Nyawa memang ketentuan Tuhan, namun hubungan emosional dengan sesama manusia bisa saja menimbulkan masalah, hubungan sahabat bisa saja pecah. Apa iya saya bisa bersahabat dengan penderita HIV?

Ujian mempertahankan persahabat yang saya rasakan semakin berat. G bukan hanya HIV, tapi ada kelainan dalam orentasi seksualnya. Lebih tidak terima lagi, sahabat baik justru tidak pernah menceritakan dan terbuka dengan masalah besar yang dihadapinya.

Saya makin tertekan ketika Amir menyebut G suka bergonta ganti pasangan. Aktivitas itu tidak pernah saya ketahui, apalagi G yang selalu terbuka justru menutup erat orentasi seksualnya.

Saya tidak pernah melihat G bersama teman pria yang berjalan cukup lama. Kebanyakan teman G ya temen saya juga sejak SMA.

Saya kemudian mendapatkan nasehat bijak dari Amin. Apa yang saya rasakan justru pernah dirasakan Amin. Ketika Amin menerima data laporan penderita HIV baru, dan itu adalah G, Amin sangat syok sekali.

Amin juga mendapatkan cerita tentang pergaulan seksual G dari penyuluh yang berhasil mengajak untuk tes HIV. Amin memiliki akses untuk bisa bertemu langsung dengan G saat menjalankan tugasnya. G yang terlihat baik-baik saja, pernah merasakan ingin bunuh diri saat itu juga.

Amin bersama petugas lainnya berhasil membangun kepercayaan diri G. Meskipun butuh waktu yang tidak cepat. Saya memang menjumpai G sekitar 6 bulan lalu, terlihat sekali mata bengkak dan kosong, wajahnya tidak secerah biasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun