Mohon tunggu...
Norberth Javario
Norberth Javario Mohon Tunggu... Konsultan - Pengelana Ilmu

Menulis semata demi Menata Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kelas Berat Arsenal

13 Maret 2024   09:02 Diperbarui: 13 Maret 2024   10:48 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot dari Vidio

Malam luar biasa di Emirates Stadium --- stadion kebanggaan Arsenal --- di mana puluhan ribu suporter The Gunners menjadi saksi sejarah tim kesayangannya akhirnya menapak babak 8 besar UEFA Champions League setelah menamatkan perlawanan alot FC Porto. Sudah begitu lama Arsenal absen di babak 8 besar UCL. Itu terjadi di musim 2009--2010. Kebetulan, saat itu Arsenal juga menjungkalkan lawan yang sama malam ini, FC Porto.

Meski kedua tim tak punya tradisi kuat di ajang ini, tapi di atas lapangan, keduanya memamerkan spirit layaknya raksasa. Kalau mau objektif, pertandingan yang selesai nyaris jam tujuh pagi ini adalah pertandingan kelas berat. Lewat aplikasi Vidio, saya berkesempatan memilih antara FC Barcelona melawan SS Napoli atau Arsenal melawan FC Porto, karena bersamaan waktunya di jam 4 pagi. Saya memilih yang kedua.

Di mata saya, daya tarik Barcelona sudah memudar semenjak Messi hengkang. Di La Liga Spanyol, mereka tertinggal dari Real Madrid, bahkan dari klub antah berantah Girona! Permainannya juga tak dahsyat lagi. Di bawah asuhan Xavi, Barcelona tak memikat. Sepertinya era Barcelona sudah lewat. Apalagi lawannya adalah Napoli, klub yang sementara mencari keseimbangan dengan memecat pelatihnya dan sementara tertatih-tatih di Serie A Italia.

Bandingkan dengan Arsenal yang sementara berada di puncak English Premiere League. Arsenal, bersama Liverpool dan Manchester City lagi gila-gilanya berkejaran dengan tempo tinggi mengejar juara EPL musim ini. Mereka bagai tiga kuda pacu yang tak terkejar lawan-lawannya lagi di liga. Lagipula, Arsenal dituntut mesti menang sebab pada pertandingan pertama di Estadio do Dragao, kandang FC Porto, Arsenal kalah 1--0. Saya duga, ini bakalan panas.

Tak salah pilihan saya. Kedua tim tampil amat baik sejak menit pertama. Arsenal memakai formasi 4--3--3 sedangkan Porto 4--2--3--1. Tempo tinggi dimainkan dengan nyaris tak ada kesalahan mendasar yang terjadi seperti salah umpan atau keliru mengambil arah dalam membuka ruang. Hal itulah yang terjadi di pertandingan antara Barcelona melawan Napoli. Di awal saya sempat menengok sejenak Lewandowsky dkk namun rasanya menjemukan. Di sini, tak ada ruginya ke kamar mandi untuk pipis, tapi di pertandingan sebelah, bahkan untuk sekedar mengambil air minum rasa-rasanya tak sanggup sebab selalu bisa terjadi apapun setiap detiknya. Tempo tinggi yang dimainkan membuat jantung berdetak hebat, bola mata nyaris tak berkedip. Dalam bahasa Tetun, istilahnya fuan tuku-tuku. Kedua tim menyerang dan bertahan dengan begitu atraktif. Menonton mereka, saya serasa dibawa ke dunia lain. Oke, mari lupakan pertandingan yang melibatkan Barcelona.

Dalam waktu normal, Arsenal unggul 1--0. Kerja keras Martin Odegaard di menit ke-41 membuat bola menemui Leandro Trossard dan lewat tendangan kaki kanan akurat, penyerang sayap itu membuat agregat menjadi 1--1. Stadion bergemuruh hebat dengan teriakan pendukung tuan rumah. Di waktu tambahan pun, meski kedua pelatih menggantikan pemain yang lebih bugar dan serangan silih berganti pun tetap tak ada gol tercipta. Alhasil, laga dilanjutkan dengan adu penalti.

David Raya menjadi pahlawan di babak adu penalti, Kiper Arsenal asal Spanyol ini dengan gagah mengagalkan tendangan Wendell dan Galeno, dua algojo FC Porto. Di pihak Arsenal, Odegaard, Kai Haverst, Bukayo Saka, dan Declan Rice sukses menaklukkan Diego Costa. Arsenal menang mental dan sukses mengulangi sejarah 14 tahun silam. Meski demikian, apa yang ditampilkan FC Porto patut diapresiasi oleh siapa pun penggemar sepak bola atraktif. Walau kalah, mereka menyuguhkan taktik brilian demi mengimbangi sang lawan yang memang sedang berada dalam penampilan puncaknya. Mereka kalah terhormat.

Apa yang disuguhkan Arsenal dinihari ini memberi sinyal kepada tim-tim tangguh lain semisal Madrid, City, Muenchen, atau Inter untuk waspada. Menilik proses penaklukkan Porto pagi ini, Arsenal jelas masuk dalam kategori kelas berat. Sepantasnya kredit besar diberikan kepada sang pelatih Mikel Arteta sebab di tangannya, Arsenal tampil dengan determinasi luar biasa, menyuguhkan penampilan kelas satu. Kita tak tak perlu heran jika pada akhirnya mereka melaju jauh di ajang bergengsi ini.

JAVARIO

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun