Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

China Bangkit, Barat Gelisah: Apa Dampaknya Bagi Islam?

8 Oktober 2025   22:45 Diperbarui: 9 Oktober 2025   05:18 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peta Dunia yang Bergeser

Dunia sedang berubah cepat. Dalam dua dekade terakhir, China menjelma dari negara berkembang menjadi raksasa ekonomi yang menyaingi Amerika Serikat. Dominasi Barat yang selama ini nyaris mutlak mulai terguncang. Washington gelisah, Eropa waspada, sementara negara-negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah mulai menimbang ulang posisi mereka di peta global.

Kebangkitan China bukan sekadar persoalan ekonomi. Ia adalah perubahan peradaban. Dari proyek Belt and Road Initiative (BRI) yang membentang dari Asia hingga Afrika, sampai pengaruhnya di PBB dan lembaga keuangan internasional, China menandingi tatanan dunia yang selama ini dikuasai Barat. Tapi bagi umat Islam, kebangkitan ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah China membawa harapan baru, atau sekadar mengganti wajah dari dominasi lama?

China dan Ambisi Menjadi Kekuatan Dunia

Dalam 20 tahun terakhir, ekonomi China tumbuh rata-rata di atas 6% per tahun. Negara itu kini menjadi pabrik dunia, menyalurkan produk ke hampir semua negara. Dengan cadangan devisa lebih dari 3 triliun dolar AS, Beijing memiliki kekuatan finansial luar biasa untuk menginvestasikan pengaruhnya ke mana pun.

Lewat BRI, China membangun pelabuhan, rel kereta, jalan raya, dan infrastruktur energi di lebih dari 150 negara. Proyek ini bukan semata ekonomi, tapi juga strategi geopolitik untuk membangun "sabuk pengaruh" melawan hegemoni Barat.

Amerika menanggapinya dengan strategi Indo-Pacific Alliance dan perang dagang, sementara Uni Eropa menuduh Beijing melakukan praktik ekonomi tidak fair. Semua itu menunjukkan satu hal: kebangkitan China membuat Barat gelisah. Dunia kini menyaksikan kompetisi global antara dua kekuatan besar---kapitalisme Barat versus sosialisme China.

Dunia Islam di Tengah Dua Raksasa

Umat Islam, yang tersebar di antara kedua blok itu, kembali dihadapkan pada dilema geopolitik. Banyak negara Muslim berutang besar pada China melalui proyek BRI, dari Pakistan, Mesir, hingga Arab Saudi. Di sisi lain, hubungan dengan Barat tetap penting karena faktor teknologi, militer, dan diplomasi.

Namun, di balik proyek-proyek megah itu, tersimpan paradoks. China memang tampil dengan wajah tanpa intervensi politik, berbeda dengan Barat yang sering membawa agenda demokrasi dan HAM. Tapi rekam jejak China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang menunjukkan wajah lain: penindasan yang dilakukan atas nama "stabilitas nasional".

Artinya, umat Islam tak boleh terbuai oleh janji siapa pun---baik Barat yang liberal maupun China yang komunis. Keduanya berdiri di atas paradigma materialisme, bukan keadilan berbasis wahyu.

Barat Gelisah, Dunia Mencari Arah

Kegelisahan Barat terhadap kebangkitan China tidak hanya karena ekonomi, tetapi juga karena ketakutan kehilangan kendali global. Selama berabad-abad, Barat memimpin dunia dengan ideologi kapitalisme dan sekularisme. Kini, pengaruh itu menurun. Dollar AS mulai digugat, pasar global mulai beralih ke Yuan, dan pengaruh politik Barat di dunia Muslim pun makin lemah.

Namun, di tengah perebutan pengaruh dua raksasa itu, dunia Islam tampak pasif. Padahal, umat Islam memiliki potensi besar---populasi 1,9 miliar, kekayaan alam melimpah, posisi geografis strategis, serta sejarah panjang sebagai pemimpin peradaban. Tapi potensi itu terfragmentasi oleh batas-batas nasional, kepentingan politik sempit, dan ketergantungan pada kekuatan luar.

Apa Dampaknya bagi Islam?

Kebangkitan China memberi peluang sekaligus ancaman bagi Islam. Dari sisi ekonomi, ada peluang kerja sama yang bisa memperkuat negara-negara Muslim. Namun, dari sisi ideologis dan peradaban, baik China maupun Barat sama-sama menolak Islam sebagai sistem hidup.

Barat menentang syariah dengan alasan kebebasan individu, sementara China menolak dakwah Islam dengan alasan keamanan negara. Dua-duanya memandang Islam sebagai ancaman terhadap stabilitas ideologi mereka. Karena itu, selama umat Islam tidak memiliki sistem politik sendiri, mereka akan terus menjadi objek permainan dua kekuatan besar ini.

Islam dan Jalan Ketiga

Dunia kini membutuhkan "jalan ketiga" di luar kapitalisme Barat dan sosialisme Timur. Islam memiliki konsep itu. Dalam Islam, kekuasaan tidak digunakan untuk dominasi, tapi untuk menegakkan keadilan. Hubungan internasional bukan untuk eksploitasi, tapi untuk dakwah dan kemaslahatan umat manusia.

Sejarah menunjukkan, ketika Islam tegak, dunia mengenal tatanan global yang adil. Negara Islam tidak menjajah, tidak memaksakan ideologi, dan tidak menindas bangsa lain. Dunia butuh tatanan baru seperti itu --- tatanan yang memuliakan manusia, bukan memperbudaknya.

Penutup: Antara Dua Kekuasaan, Islam Harus Mandiri

Baik Barat maupun China bukanlah penyelamat umat. Keduanya mewakili dua wajah peradaban materialistik yang sama-sama menolak Allah sebagai pusat kehidupan. Karena itu, umat Islam harus berhenti menjadi pengikut dan mulai menjadi penentu arah.

Kebangkitan China dan kegelisahan Barat hanyalah babak baru dalam persaingan dunia yang kosong nilai. Islam harus hadir sebagai kekuatan ketiga --- bukan untuk menyaingi, tapi untuk menuntun. Dunia butuh kepemimpinan yang adil, dan Islam pernah membuktikannya. Kini tinggal satu pertanyaan: apakah umat siap kembali memimpin, atau tetap puas menjadi penonton di antara dua raksasa yang berebut tahta dunia?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun