Di era globalisasi, batas antarnegara seakan semakin tipis. Informasi dari Timur Tengah bisa sampai ke Indonesia dalam hitungan detik. Kebijakan ekonomi negara adidaya bisa membuat harga sembako di pasar lokal ikut naik. Dunia kini terhubung, dan siapa pun yang menutup mata dari politik global akan mudah tertinggal.
Lalu, bagaimana dengan umat Islam? Apakah cukup sibuk dengan urusan lokal saja? Jawabannya: tidak. Umat Islam justru harus lebih melek politik global, karena masa depan mereka sangat dipengaruhi dinamika dunia internasional.
Politik Global dan Dampaknya
Banyak orang berpikir politik global itu jauh, hanya urusan para diplomat di PBB atau kepala negara di forum internasional. Padahal, dampaknya langsung terasa di kehidupan sehari-hari.
Contohnya, konflik di Timur Tengah sering kali membuat harga minyak dunia naik, dan otomatis berdampak pada harga BBM di Indonesia. Perang Rusia-Ukraina membuat harga gandum melambung, sehingga harga roti dan mie instan ikut terpengaruh. Begitu juga kebijakan negara besar dalam perdagangan bisa menentukan nasib petani atau nelayan di negara kecil.
Jika umat Islam tidak memahami keterkaitan ini, mereka akan terus jadi penonton yang hanya bisa mengeluh, tanpa tahu akar masalah sebenarnya.
Umat Islam: Jumlah Besar, Pengaruh Kecil
Fakta menarik: umat Islam adalah komunitas agama terbesar kedua di dunia, dengan lebih dari 1,9 miliar jiwa. Mereka tersebar di Asia, Afrika, Eropa, hingga Amerika. Namun, jumlah besar ini belum berbanding lurus dengan pengaruh global yang mereka miliki.
Salah satu sebabnya adalah rendahnya kesadaran politik global. Umat lebih sibuk dengan persoalan lokal atau internal, sehingga mudah dipecah-belah. Padahal, jika bersatu dan sadar akan posisi mereka di kancah internasional, umat Islam bisa menjadi kekuatan besar yang diperhitungkan.
Belajar dari Sejarah